JAKARTA - Banjir dan Jakarta seolah jadi dua kata yang identik. Dari dulu sekali, Jakarta kerapkali menghadapi banjir parah di musim penghujan. Kota yang juga identik dengan macet ini setiap tahunnya harus selalu siaga menghadapi air yang menggenang di berbagai lokasi.
Banjir juga bakal jadi tantangan bagi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang belum lama ini dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sadar akan hal itu, Anies memimpin Apel Operasi Siaga Ibu Kota 2017. Ia pun memastikan kesiapsiagaan jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengantisipasi munculnya berbagai bencana.
Anies memeriksa langsung kesiapan elemen petugas di tingkat kota dan provinsi, mulai jajaran SKPD Provinsi DKI Jakarta hingga organisasi-organisasi kemasyarakatan yang akan berperan penuh dalam kesiapsiagaan bencana.
Dalam upaya mengatasi banjir, menurut Anies, diperlukan mitigasi struktural dan nonstruktural yang berupa sebuah regulasi, kesiapan personel, serta sarana dan prasarana yang harus benar-benar siaga penuh kapan dan di mana pun dibutuhkan di dalam penanggulangan bencana.
(Baca juga: Gubernur Anies Baswedan Pimpin Apel Operasi Siaga Ibu Kota, Diikuti 50.000 Personel)
"Saya berharap dalam mengantisipasi penanganan bencana di Provinsi DKI Jakarta haruslah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Prioritaskan rasa aman, bantu warga tanpa pandang status, termasuk para kaum disabilitas yang termarginalkan," ungkapnya, Sabtu 18 November 2017.
Okezone mendata, ada lima peristiwa banjit terbesar di Jakarta. Berikut daftarnya:
1. Januari-Februari 1918
Pada tahun 1998 DKI Jakarta mengalami hujan yang terus menerus selama 22 hari. Banjir pun merendam wilayah DKI Jakarta dengan ketinggian air 1,5 meter. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
2. Januari 1979
Pada tanggal 19 sampai 20 Januari 1979, banjir besar merendam wilayah DKI Jakarta. Seluas 1.100 hektare genangan air menenggelamkan wilayah pemukiman di Jakarta. Akibatnya 714.861 orang terpaksa mengungsi.