KONFLIK kerap terjadi di antara negara yang saling bertetangga. Entah hal tersebut dilatarbelakangi perebutan wilayah, perang yang belum usai atau sebab-sebab yang lainnya. Salah satu konflik yang kini bisa dikatakan berada di puncak ketegangan adalah konflik antara Israel dan Palestina.
Kedua negara tersebut pada dasarnya telah terlibat konflik lebih dari 4 dekade lamanya. Baik Palestina dan Israel sama-sama berusaha mempertahankan Kota Yerusalem. Perebutan ini dilatarbelakangi tidak hanya masalah politis, tetapi juga ekonomi dan budaya. Sebagaimana diketahui, Yerusalem merupakan 3 kota dari agama suci yakni Islam, Kristen dan Yahudi.
Nyatanya konflik semacam itu tak hanya terjadi antara Israel dan Palestina. Konflik serupa tapi tak sama juga terjadi di belahan bumi lainnya.
1. Konflik Rusia dan Ukraina
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berjalan lebih dari 3 tahun lamanya. Kedua negara yang ada di Benua Biru itu memperebutkan wilayah Krimea. Konflik ini dimulai setelah berlangsungnya referendum pada 16 Maret 2014. Hasil referendum menunjukkan 96,7% dari warga Krimea ingin melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Diketahui sekira 95,6% dari warga Krimea turut serta dalam referendum tersebut. Pada 21 Maret 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit masuknya Krimea ke Rusia. Namun, hal ini tidak begitu saja diterima Ukraina dan mereka menuding balik Rusia telah melakukan aneksasi secara sepihak.
BACA JUGA: DK PBB Minta Ukraina dan Kelompok Pro-Rusia Hentikan Kekerasan
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menilai referendum Krimea berlangsung secara ilegal. PBB bahkan menyetujui sebuah resolusi yang menegaskan integritas Ukraina. Dengan disetujuinya resolusi tersebut, referendum yang menyebabkan Krimea bergabung dengan Rusia, menjadi tidak sah.
Meski demikian, konflik perebutan Krimea hingga detik ini belum sepenuhnya menemukan titik terang. Hubungan antara kedua negara tersebut sendiri sangatlah rumit dan pada 1991 hubungan Israel-Palestina sempat mengalami masa-masa ketegangan dan kecurigaan.
2. Konflik India dan Pakistan
India dan Pakistan terlibat dalam perseteruan untuk memperebutkan wilayah Kashmir. Kehidupan warga di kedua negara bertetangga itu kerap diwarnai kekerasan terutama di sekitar wilayah perbatasan. Konflik ini bahkan telah merenggut ratusan nyawa yang sebagian besar merupakan tentara dari masing-masing negara.
Konflik India dan Pakistan sempat memanas pada 2013 setelah Negeri Bollywood menuduh Pakistan mengirim pasukannya ke Kashmir dan membunuh pasukan India. Pakistan dan India sempat terlibat dalam tiga peperangan usai mereka memerdekakan diri pada 1947 silam.
BACA JUGA: Memanas! India Selidiki Dugaan Pakistan Sokong Program Nuklir Korut
India menganggap wilayah pegunungan salju dan lahan subur di Kashmir sebagai wilayahnya sendiri. Sementara itu, Pakistan mendesak India untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) 1948 tentang keputusan warga Kashmir untuk memilih kewarganegaraan.
Sama seperti konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina, rivalitas India dan Pakistan atas Kashmir juga masih menemui kebuntuan. Bahkan, pada September 2017, kedua negara kembali tegang setelah India menuding Pakistan telah menyokong program senjata nuklir Korea Utara (Korut).
3. Konflik Armenia dan Azerbaijan
Bentrokan di perbatasan Armenia dan Azerbaijan atau tepatnya di wilayah perbatasan Nagorno-Karabakh pecah sejak 27 Juli 2014. Konflik antara kedua negara Kaukasus Selatan ini sebenarnya telah dimulai pada 1988.
Kala itu, Armenia diketahui mengklaim wilayah milik Azerbaijan. Dan dalam perang berikutnya, pada 1992, angkatan bersenjata Armenia menduduki 20% wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh kabupaten di sekitarnya. Kedua negara sempat melakukan genjatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian 1994 di Bishkek.
BACA JUGA: Konflik Armenia-Azerbaijan Telan 132 Korban Jiwa
Meski begitu, Armenia hingga saat ini belum melaksanakan satu pun dari empat resolusi yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB. Khususnya tentang penarikan pasukan bersenjatanya dari wilayah sengketa Nagorno-Karabakh dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
Secara kedaulatan, Azerbaijan adalah negara yang memiliki hak untuk mengklaim wilayah tersebut (Nagorno-Karabakh). Namun akibat para warga Armenia yang tinggal di wilayah Nagorno-Karabakh menginginkan kemerdekaan, perang yang sempat ‘beku’ selama bertahun-tahun kembali pecah. Konflik kedua negara sempat memanas pada 2016.
4. Konflik China dan Taiwan
Sedikit berbeda dengan konflik-konflik sebelumnya, perseteruan antara China dan Taiwan bukan merupakan perebutan sebuah wilayah. Konflik ini dipicu karena Negeri Tirai Bambu menilai bahwa Taiwan merupakan bagian dari negaranya. Namun, klaim ini ditolak mentah-mentah oleh Taiwan.
China telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan sejak 1949, ketika pasukan komunis Mao Zedong menang dalam perang saudara melawan Chiang Kai-shek yang mewakili Taiwan. Hal ini juga sebenarnya dilakukan Negeri Panda terhadap Hong Kong. Berbeda dengan Taiwan, wilayah bekas jajahan Inggris, Hong Kong telah terlebih dahulu bersedia kembali bergabung ke China pada 1997.
BACA JUGA: China Kembali Tegaskan Tak Akan Akui Kemerdakaan Taiwan
Guna mewujudkan klaim tersebut, China terus menekan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen agar menyetujui prinsip 'Satu China' atau mengakui Taiwan sebagai bagian dari China. Hal itu karena China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan perlu diambil kembali meskipun dengan cara paksa.
Konflik China dan Taiwan sempat memanas ketika Presiden Tsai Ing-wen berkunjung ke empat negara bagian di Amerika Serikat (AS) dalam rangka memperkuat hubungan kerja sama antarnegara. Kunjungan yang berlangsung pada Januari 2017 tersebut bahkan sempat membuat China geram terhadap AS.
(Rufki Ade Vinanda)