Dekan Fisip Universitas Tronojoyo Madura ini juga mengatakan, untuk menyikapi hal ini, perlu ada kolaborasi antara KPU dengan berbagai jaringan kelompok masyarajat. Sosialisasi bisa dilakukan dengan jejaring media yang potensial dan dilihat mampu menyakurkan informasi kepada masyarakat.
"Karena apabila dibiarkan, wajar jika masyarakat menjadi apatis dan ayem. Jumlah Golput semakin lama semakin tinggi jika tidak ada yang bisa mematik partisiapsi politik dalam pemilu. Di sini penyelenggara pemilu menjadi dituntut untuk proaktif dalam kaitan sosialisasi," tegasnya.
Rokim juga menyebut, banyak faktor yang membuat publik tidak responsive terhadap pemilu. Misalnya, pemilu tidak mampu memberikan solusi kongrit kepada para pemilih rasional.
Sementara dalam hasil penelitian yang sama menunjukkan sebanyak 27,7 persen yang belum pasti menggunakan hak pilihnya dalam pilgub Jatim mendatang. "Fenomena demokrasi mutakhir ini menjadikan angka swing voters dan angka undecided voters akan terus meningkat," pungkas Rokim.
(Khafid Mardiyansyah)