Ikan Putih Endemik Sungai Sekalak Mulai Punah
Tidak hanya pondok batu di tepi sungai yang jadi bukti leluhur Puyang Tingkis. Tradisi sedekah mencari ikan putih di Sungai Sekalak terus digelar masyarakat desa yang mekar tahun 2003 ini. Tradisi itu sebagai cara untuk menghormati peninggalan Puyang Tingkis.
Tujuannya tak lain agar hasil tangkapan ikan putih melimpah. Sedekah kepada ikan putih itu tak lain ikan putih itu sendiri dengan tubuh yang dipanggang sebelah. Ada pula rokok daun gambir, segumpal nasi, dan alat tangkap tradisional yakni jala.
Namun, setelah masyarakat mendapatkan hasil tangkapan melimpah. Satu atau dua ekor mesti dibuang ke bagian hutan di sekitar aliran sungai atau tepi sungai sebagai syaratnya. Tradisi itu hingga kini dipercaya masyarakat.
"Kalau dapat ikan banyak, satu atau dua ekor ikan hasil tangkapan harus dibuang ke arah hutan atau tepi sungai," sampai Safri (80), warga yang dituakan masyarakat Desa Sekalak.
Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan ikan putih di aliran sungai sekalak mulai punah. Kondisi itu ditandai dengan masuknya salah satu perusahaan tambang batubara di wilayah itu.
Sisa-sisa kerikil batu bara, berbagai ukuran tercecer di sepanjang aliran sungai. Kedalaman air pun semakin dangkal. Diduga disebabkan pembuangan limbah dari perusahaan "emas hitam'. Tak ayal, endemik ikan putih pun berkurang.
Lumut di sekitar aliran sungai sebagai makanan ikan putih ikut terkikis dan berkurang. Diduga sungai mulai tercemar atas aktivitas tambang. Akibatnya, masyarakat kesulitan mencari ikan putih di sepanjang aliran Sungai Sekalak.
"Ikan putih tinggal sedikit," ungkap Safri.
Masyarakat setempat pun berharap, perusahaan tidak membuang limbah batubara ke aliran sungai. Sehingga tradisi dan kearifan lokal asli desa tetap terjaga. Hal tersebut tentunya juga menjadi perhatian pemerintah daerah.
"Jika terus menerus, maka aliran sungai akan dangkal. Keberadaan ikan putih akan hilang," sampai Kades Sekalak, Sudarmono.