TANGERANG - Keluarga tak menyangka, Mukhmainnah (24) mampu bertahan selama belasan jam tertimbun longsoran Underpass Jalan Perimeter Selatan bandara Soekarno Hatta (Soetta). Kini anak pertama dari 2 bersaudara itu, masih mendapat perawatan di ruang emergency Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang.
Ayah Mukhmainnah, Syamsuddin Ismail (55) menggambarkan, bagaimana dirinya pada saat proses evakuasi, terus-menerus memberikan semangat kepada putri tercintanya itu dari sedikit ruang di balik reruntuhan longsor.
Meski batinnya terguncang menyaksikan kondisi Mukhmainnah pada malam kejadian, Syamsuddin tetap berusaha tegar. Dia tak henti mengajaknya berkomunikasi, hal itu dilakukan agar putrinya tetap sadar dan tak putus semangat karena evakuasi akan memakan waktu panjang.
"Saya ajak dia bicara, saya semangati lewat sela-sela longsoran, saya suruh berdoa, dan dia jawab walaupun dengan suara lemas. Saya lakukan itu supaya dia tetap sadar, nggak down, karena proses evakuasinya kan lama sekali. Jadi perasaan saya saat itu bisa dibayangkanlah, melihat di depan mata kepala sendiri bagaimana anaknya terjepit timbunan longsoran," tutur Syamsuddin di RS Siloam, Selasa (6/2/2018).
Mukhmainnah baru berhasil dievakuasi dari lokasi longsor sekira pukul 07.00 WIB pagi tadi, tim medis pun langsung membawanya ke RS Siloam. Beruntung ternyata kondisi kesehatannya jauh lebih baik ketimbang sahabatnya yang juga menjadi korban, Dianti Putri.
Dianti dinyatakan meninggal dunia dalam perawatan di RS Mayapada, Tangerang. Padahal dia berhasil dievakuasi beberapa jam lebih awal dari Mukhmainnah, yakni sekira pukul 03.00 WIB. Tim dokter menyatakan, Dianti mengalami luka parah dibagian leher, pinggang dan kaki.
"Saat malam proses evakuasi, dua-duanya masih mau jawab komunikasi dari dalam mobil. Kan sempat juga dikasih oksigen dari tim penyelamat buat bantu mereka bernafas. Ini kuasa Allah, apapun yang dikehendaki pasti terjadi. Padahal kalau saya menganggap itu mustahil ada orang yang bisa tahan dengan kondisi tertimbun lama," ucapnya lagi penuh haru.
(Khafid Mardiyansyah)