Kesulitan pemasaran tidak menjadikan Yedi meninggalkan profesi yang telah digelutinya sejak remaja itu. Pasalnya, profesi tersebut merupakan warisan yang sudah turun temurun di keluarga besarnya.
"Ini warisan keluarga. Jadi, meski susah tetap saja saya jalani," katanya.
Yedi menuturkan, produknya ini kalah bersaing dengan golok hasil pabrikan. Hal ini, karena strategi pemasaran golok produk pabrikan tersebut lebih gencar dibanding produk golok tradisional.
"Iya, kalah sama yang dibuat sama pabrik sepertinya. Dulu itu, enggak usah keliling juga laku keras. Sekarang, sehari laku 3 buah juga sudah Alhamdulillah," pungkasnya.
(Arief Setyadi )