JAKARTA - Suasana haru mewarnai Kantin Diplomasi, Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta Pusat. Enam orang anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) berhasil dibebaskan dari penyanderaan kelompok bersenjata di Benghazi, Libya, sejak 23 September 2017.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, mengapresiasi upaya yang dilakukan Tim Pembebasan Gabungan selama tujuh bulan terakhir. Negosiasi berjalan sedikit alot karena terkait beberapa faktor seperti keamanan dan politik.
"Enam bulan bagi keluarga adalah penantian tidak pendek. Sejak terima informasi kami berusaha komunikasi dengan keluarga dan ABK memastikan kondisi mereka," ujar Menlu Retno kepada awak media, Senin (2/4/2018).
"Prosesnya tidak mudah. Sebagaimana teman-teman ketahui Benghazi adalah daerah konflik. Perhitungan harus betul betul baik dari segi politik, keamanan, dan lain lain," imbuh diplomat tertinggi RI itu.
Menlu Retno menambahkan, sejak menerima informasi pada 28 September, pihak KBRI di Tripoli, Libya, langsung menjalin komunikasi dengan para sandera dan kelompok bersenjata. Setelah mendapat kepastian para sandera dalam kondisi baik, tim Perlindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri RI yang dipimpin Direktur Jenderal PWNI dan BHI Lalu Muhammad Iqbal, langsung membentuk Tim Pembebasan Gabungan yang terdiri dari KBRI Tripoli; KBRI Tunis, Tunisia; dan BIN.
"Alhamdulillah, atas kemurahan Allah SWT dan niat baik kita semua, mewakili pemerintah RI kami menyerahkan 6 ABK kepada pihak keluarga," ujar Menlu Retno.
Perwakilan ABK, Ronny William, mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Menlu Retno, dan segenap tim dari KBRI Tripoli dan Tunis atas kerja kerasnya dalam upaya pembebasan.