Analis Ben Nimmo dari Atlantic Council Digital Forensic Research Lab mengatakan, "Jika kita melihat operasi campur tangan Rusia di AS, sejauh yang kita tahu itu dimulai April 2014 dan sampai dihentikan Oktober 2017 . Jadi mereka sudah beroperasi tiga setengah tahun yang katanya dilakukan oleh 100 orang, beberapa ribu akun di media sosial, diperkuat oleh lebih dari 50 ribu akun bot. Ini adalah operasi sangat besar yang kemudian diperkuat oleh mesin propaganda negara seperti jaringan televisi Russia Today dan kantor berita Sputnik."
Apakah tindakan para pemimpin NATO pada KTT yang baru saja selesai sudah cukup untuk melawan ancaman-ancaman ini?
“Mereka menilainya lebih dari yang mereka lakukan dua tahun yang lalu dan kita dapat melihatnya dari deklarasi KTT itu sendiri - yang pertama kalinya menyebut disinformasi sebagai ancaman khusus dan merupakan bagian dari gambaran yang lebih besar tentang perang hibrida (gabungan militer dan non militer),” tukas Nimmo.
Sejak 2014, prinsip inti NATO tentang pertahanan diri kolektif, Pasal 5, dapat diberlakukan jika terjadi serangan siber terhadap satu anggota. Tanggapannya bisa mencakup sanksi, tanggapan dunia maya, atau bahkan penggunaan kekuatan konvensional.
Walaupun kemungkinan itu tampaknya jauh, sekretaris jenderal NATO memperingatkan bahwa serangan dunia maya bisa sama merusaknya dengan serangan militer konvensional.
(Rahman Asmardika)