Di lokasi pengungsian lain seperti halaman Masjid Agung Palu, hal yang sama juga terjadi. Ada MCK namun airnya tidak jalan. Akibatnya bau menyengat keluar dari dalam ruang tempat buang hajat disamping masjid.
"Untuk WC ada tapi itu masalahnya, tidak ada air. Ada air di bak penampungan tapi jauh dari WC sehingga mungkin ada yang sudah kebelet dan lupa siram. Bau sekali," kata Harold Pamora (33) warga Jalan Diponegoro yang mengungsi ke halaman masjid.
Dia mengatakan, terdapat beberapa MCK bantuan yang tengah dibangun tak jauh dari tenda-tenda pengungsian. Namun, belum bisa digunakan sehingga pengungsi masih saja memaksa masuk ke MCK yang ada di samping Masjid Agung Palu.
Yang agak beruntung adalah para pengungsi di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat. Di lokasi pengungsian yang berada tepat di depan kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu cukup tersedia air dan MCK.
"Kalau kami pengungsi di sini berjumlah sekitar 3.000 jiwa, tapi untuk kebutuhan seperti WC dan air aman. Kami dapat bantuan dari relawan asal Bali dan Kementerian PUPR. Ada tiga WC yang dibangun oleh relawan dari Bali dan tiga lagi WC portable yang disediakan Kementerian PUPR," ungkap Lukman (35), warga Jalan Manggis, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat.
(Baca Juga: Datang ke Palu, Sekjen PBB Pastikan Komitmen untuk Korban Gempa)
Selain mendapatkan MCK yang cukup bagi pengungsi, Lukman juga mengungkapkan kebutuhan air bersih melimpah di lokasi mereka sebab ada sumur bor siap minum yang disediakan relawan asal Bali dan juga suplai air bersih yang selalu ada dari Dinas PUPR.
"Untuk rumah, kami memang sudah tidak ada. Tapi paling tidak kebutuhan mendasar di pengungsian hingga saat ini masih tercukupi," paparnya.
Lukman berharap, bencana segera berakhir dan kota Palu bangkit kembali agar kehidupan masyarakat dapat berjalan normal seperti semula.
(Fiddy Anggriawan )