Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Badan Geologi Bocorkan Sulitnya Mendeteksi Tsunami Selat Sunda

Muhamad Rizky , Jurnalis-Kamis, 27 Desember 2018 |13:07 WIB
Badan Geologi Bocorkan Sulitnya Mendeteksi Tsunami Selat Sunda
Badan Geologi menjelaskan soal erupsi Gunung Anak Krakatau (Foto: Muhamad Rizky/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Longsor bawah laut di sisi barat daya gunung api Anak Krakatau diyakini menjadi penyebab utama tsunami di Selat Sunda hari Sabtu 22 Desember 2018 lalu. Hal tersebut dijelaskan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengatakan, letusan Gunung Anak Krakatau menyebabkan strombolian atau lava pijar dari magma di dalam gunung keluar. Letusan bukanlah penyebab tsunami, akan tetapi, disebabkan oleh magma yang keluar dan mengalir ke laut.

 Baca juga: BNPB: Abu Vulkanik Tidak Berbahaya, Justru Menyuburkan Tanah

Dirinya menggambarkan, cepatnya magma yang keluar dan menyentuh air laut memang bisa menimbulkan tsunami. Akan tetapi, jika magma bergerak perlahan masuk ke laut dimungkinkan tidak akan terjadi tsunami.

 Anak Krakatau (Reuters)

"Itulah mengapa efek langsung dari gunung terhadap tsunami itu tidak ada. Karena magma itu berjalan pelan-pelan ke lereng, dan kemudian ke laut, kalau pelan kan tidak menimbulkan tsunami," kata Antonius di Kantor ESDM, Kamis (27/12/2018).

 Baca juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Hati-Hati Lontaran Batu Pijar dan Awan Panas di Radius 5 Km

Akan tetapi, lanjutnya, karena saat Gunung Anak Krakatau longsornya sangat cepat langsung masuk ke dalam laut atau rayapan akan menimbulkan tsunami.

"Jadi sebenarnya dari sisi kita, longsor itu ada dua macam. Longsor yang cepat seperti tanggal 22 (menimbulkan tsunami) langsung masuk ke dalam laut atau rayapan, kalau pelan kan tidak menimbulkan tsunami," sambungnya.

Longsoran itu sendiri lanjut Antonius, biasa terjadi di sejumlah gunung di Indonesia namun itu sangat sulit dideteksi.

 Baca juga: Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga Radius 5 Km

"Longsoran itu misal di Jawa Barat, Purworejo kan sering. Longsoran itu, secara ilmu pengetahuan sangat dipahami. Tetapi secara realitas sulit dideteksi. Kan longsor di mana-mana itu terjadi. Yang perlu diwaspadai terjadi kemarin longsor lereng (Anak Krakatau), itu yang perlu diwaspadai," ungkapnya.

Padahal dalam ilmu pengetahuan, lanjutnya, longsor tersebut sangat mudah dipahami namun pada pelaksanaannya sangat sulit untuk dideteksi. Untuk itu, pihaknya akan menggali informasi terkait potensi longsor di kawasan tersebut.

"Jadi sebenarnya longsor itu mudah dipahami tapi sulit dipantau. Karena lokal sekali. Efek lokal itu yang menjadikan sebenarnya, kita harus mencari yang mau longsor lagi mana kan begitu," tambahnya. (rzy)

(Fakhri Rezy)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement