
Ia menjelaskan, predikat tradisional inilah yang membuat eksistensi NU terus menemukan aktualitasnya. "Bagi NU kemajuan sebuah peradaban penting. Tetapi tetap mengakarnya peradaban pada nilai-nilai tradisi yang lestari, menjadi hal yang jauh lebih penting," katanya.
Sementara itu, Robikin membeberkan, NU sebagai ormas memiliki dua tanggung jawab sekaligus. Pertama, kata dia, tanggung jawab keagamaan atau mas’uliyah diniyah dan tanggung jawab kebangsaan atau mas’uliyah wathaniyah.
"Tanggung jawab keagamaan NU adalah bagaimana terus mengembangkan paham keagamaan ala ahlussunnah wal jamaah yang terkenal dengan prinsip moderasi dan wasathiyah itu," ujarnya.
Selain itu, tanggung jawab kebangsaan NU adalah menjalankan komitmen kebangsaan dan kenegaraan dalam bingkai NKRI. "Dari dulu NU selalu konsisten menjalankan dua peran ini baik diminta atau tidak oleh negara. Karena itu NU tidak pernah sekalipun punya catatan makar terhadap negara," tuturnya.