 
                Motivasi Agama
Melihat lautan manusia yang hadir, terbesit dibenak saya pertanyaan hipotetik apakah mereka hadir karena ingin mengikuti kampanye dan mendengarkan pidato capres 02 atau karena motivasi ghirah perlawanan berdasarkan stigmatisasi ketertindasan umat Islam?
Menjawab pertanyaan itu, dalam catatan yang ada setidaknya dalam kegiatan kampanye politik Prabowo pernah memakai stadion GBK pada Pilpres 2014 lalu, bedanya, dulu datang dengan menunggangi kuda kesayangannya sekarang memakai Jeep Rubicon dengan perbandingan massa sangat jauh.
Maka menjawab pertanyaan hipotetis diatas, jawabannya bukan karena ingin mendengarkan pidato sang capres melainkan stigmatisasi ketertindasan umat Islam selam rezim Jokowi yang terus digoreng oleh pendukung capres 02. Tesis itu semakin mendekati kebenarannya ketika secara khusus Prabowo menyilakan Habib Rizieq Shihab (HRS) diberikan kesempatan menyampaikan pidato melalui video live steaming dari Saudi Arabia.
Tidak sampai disitu, Prabowo pun menegaskan bahwa jika terpilih sebagai Presiden akan menjemput langsung HRS di Saudi, dengan pernyataan itu massa yang mendengarnya menyambut dengan tepuk tangan diiringi pekikan kalimat tauhid. Saya membayangkan, HRS seolah ingin memosisikan dirinya seperti Ayatullah Khomeini, pencetus revolusi Islam 1979 dan penggagas lahirnya negara Republik Islam Iran yang beraliran syiah.
Munculnya gerakan Islam komunal-jalanan dengan dalih memberantas maksiat kian marak ketika Ahok menjabat Gubernur Jakarta dengan beberapa kebijakannya dinilai bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Pelarangan pemakaian Monas terhadap kegiatan keagamaan dan larangan memotong hewan kurban dalam kota memantik antipati kepemimpinanya hingga jatuh dan dipenjarakan karena kekalahan pada pilgub 2017 dan penghinaan terhadap umat Islam.
HRS tampil sebagai pelawan utama gerakan itu, namun lalai menilai bahwa pengusung Ahok yang saat itu dipasangkan dengan Jokowi adalah partai Gerindra pimpinan Prabowo. Jika saat ini HRS bersekutu dengan Prabowo dalam pilpres 2019 tidak dapat dikatakan sebagai kepentingan politik agama tertentu melainkan kepentingan taktis demi kekuasaan politik.
Prabowo berkepentingan menarik suara massa ormas HRS meraih tahta kursi Presiden, sementara HRS ingin menjaga ketokohan Islam komunal-jalanan dengan gelar imam besar lebih eksesif di mata umat Islam Indonesia. Selain kelompok HRS, secara timing, bertepatan dengan pembubaran ormas HTI yang juga memiliki massa jutaan berkongsi dengan capres 02. Jadilah persekutuan politik berbalut motivasi agama.
