“Web KPU itu memang terbuka untuk diakses oleh publik, semua orang juga bisa melakukan screenshot setiap saat. Apa yang mau dibuktikan?” imbuhnya.
Sigit juga mempertanyakan langkah yang disebut-sebut sebagai metode forensik TI dari profesor di Malaysia. “Bagaimana bisa hasil pindaian formulir C1 KPU yang hanya di balik warnanya membuktikan bahwa pindaian tersebut palsu. Metode forensik TI model apa itu?” tanya Sigit.
Menurut Sigit, gaya Hairul menggunakan istilah-istilah keren, memang biasa digunakan oleh pembuat hoax. “Masyarakat awam mungkin akan terpana dengan istilah-istilah yang digunakan, seperti negative scanning, atau robot yang lokasinya di Planet Mars alias dirahasiakan. Orang-orang yang tidak memahami TI akan mudah percaya tipuan semacam ini,” ujar mantan direktur operasional Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) ini.
PSI menyayangkan dilakukannya pembodohan publik oleh elit-elit politik pasangan capres 02. “Elit-elit ini kan punya kewajiban untuk memintarkan rakyat dan memberikan pencerahan kepada publik, bukan malah melakukan pembodohan semacam ini,” kata Sigit.