“Tapi dua masjid di Kalumbuk dan Pauh itu sudah dibongkar dan dibangun yang baru, tapi masjid di sini yang masih bertahan dengan arsitek aslinya, kata suku yang membangun ini tidak boleh dipugar karena ini yang tersisa dari yang lain. Bahkan dosen-dosen dan mahasiswa juga pernah kesini meneliti banguna masjid tersebut,” urainya.
Atap bertingkat lima ini juga memiliki makna, menurut Darmawi, atap tersebut dibangun oleh lima kaum suku, yaitu Suku Chaniago, Melayu, Tanjuang, Koto dan Jambak. “Dulu kaum ini yang membangun masjid ini, maka itulah maknanya atap bertingkat lima,” ujarnya.
Kemudian jika masuk ke dalam masjid, dinding bagian atas majid ini bertuliskan bahasa Arab, menurut Darmawi, itu merupakan khotbah. Sebab kalau menyampaikan khotbah itu memakai bahasa Arab. Bagian paling depan ada mimbar tempat berkhotbah berupa jenjang penuh ukiran. “Nanti di situ khatib akan berkhotbah memakai tongkat dan sorban seperti Rasulullah bahkan bahasa yang dipakai adalah bahasa Arab,” sambungnya.
Baca Juga: Unik! Ibu-Ibu Mandikan Anaknya di Masjid Kuno Klaten saat Salat Jumat Berlangsung