TEL AVIV – Menteri Intelijen Israel mengatakan bahwa Bahrain dan Oman bisa menjadi negara Teluk berikutnya yang menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv mengikuti langkah Uni Emirat Arab, demikian dilaporkan Reuters Minggu (16/8/2020).
"Setelah perjanjian ini (dengan UEA) akan datang perjanjian tambahan, baik dengan lebih banyak negara Teluk dan dengan negara-negara Muslim di Afrika," Menteri Intelijen Eli Cohen mengatakan kepada Radio Angkatan Darat sebagaimana dilansir Middle East Monitor.
“Saya pikir Bahrain dan Oman pasti ada dalam agenda. Selain itu, dalam penilaian saya, ada kemungkinan tahun depan sudah ada kesepakatan damai dengan negara-negara lain di Afrika, salah satunya Sudan, ”ujarnya.
BACA JUGA: UEA dan Israel Sepakati Perjanjian Damai, Normalisasi Hubungan
Baik Bahrain dan Oman memuji kesepakatan UEA-Israel, meskipun tidak ada yang berkomentar tentang prospek mereka sendiri untuk hubungan yang dinormalisasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bertemu dengan para pemimpin Oman dan Sudan dalam dua tahun terakhir.
Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/8/2020) bahwa Gedung Putih telah berhubungan dengan "banyak" negara di kawasan itu, mencoba untuk melihat apakah lebih banyak kesepakatan akan terwujud.
Pejabat itu menolak menyebutkan nama negara tetapi mengatakan mereka adalah negara Arab dan Muslim di Timur Tengah dan Afrika.
BACA JUGA: Turki: Sejarah Tak Akan Maafkan "Langkah Munafik" UEA Bersepakat dengan Israel
Pada Kamis (13/8/2020), Israel dan UEA mengumumkan bahwa mereka akan menormalkan hubungan diplomatik dan menjalin hubungan baru yang luas. Kesepakatan itu, yang ditengahi dengan bantuan AS, memperkuat oposisi terhadap kekuatan regional Iran. Palestina mengecam kesepakatan itu sebagai pengkhianatan.
Israel menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Tetapi UEA, bersama dengan sebagian besar negara Arab lainnya, tidak memiliki hubungan diplomatik atau ekonomi formal dengannya.