WASHINGTON - Pakar berpendapat mahasiswa Internasional merupakan sumber pendapatan penting bagi universitas-universitas di Amerika, dan bahkan bisa menutup kerugian yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
The Global Migration Center at the University of California menyatakan pendidikan di AS merupakan sebuah ekspor jasa yang sangat berharga, kira-kira setara dengan total ekspor komoditas gandum, jagung, batu-bara, dan gas alam.
Menurut organisasi nirlaba the Association of International Educators atau NAFSA, mahasiswa internasional menyumbangkan sekitar 458.290 lapangan pekerjaan dan berkontribusi sebesar $ 41 miliar pada ekonomi AS pada tahun akademis 2018-2019.
Selain itu, mahasiswa internasional umumnya membayar uang kuliah secara penuh sehingga menguntungkan mahasiswa domestik.
“Penerimaan dari uang kuliah penuh mahasiswa internasional membantu menyediakan lebih banyak lagi subsidi untuk mahasiswa Amerika,” demikian dijelaskan oleh the Global Migration Center. “Mahasiswa internasional juga membantu universitas menggantikan pendanaan pemerintah yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.”
Disebutkan pula, para mahasiswa internasional, yang tidak memenuhi syarat bantuan finansial dan membayar penuh, merupakan sumber penerimaan penting untuk universitas baik negeri maupun swasta.
Baca juga: Menlu: Kemitraan ASEAN-AS Jadi Kekuatan Positif bagi Perdamaian dan Kemakmuran Kawasan
Kebanyakan mahasiswa internasional berasal dari Asia, hampir 162 ribu mahasiswa internasional belajar di universitas-universitas California tahun lalu. Mereka menyumbang $ 6,8 miliar pada keseluruhan penerimaan dari mahasiswa asing yang total menyumbangkan $ 41 miliar pada ekonomi Amerika.
Namun, akibat penutupan kampus-kampus ketika pandemi merebak, banyak perguruan tinggi ini mengalami kerugian, karena harus mengirim mahasiswa pulang dan belajar online. Banyak mahasiswa terpaksa mengalihkan kuliah ke tahun-tahun berikutnya atau pindah ke universitas lain.