PARA pemimpin dewan kerja sama negara-negara Teluk (GCC) yang bertemu di Arab Saudi dalam pertemuan puncak menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri sengketa antara sejumlah negara dan Qatar.
Inilah untuk pertama kalinya Emir Qatar Sheikh Tamin bin Hamad al-Thani ikut serta dalam pertemuan puncak negara-negara Teluk sejak Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain menerapkan embargo atas tuduhan negara itu mendukung terorisme. Doha pun membantah tudingan itu.
Emir Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Jaber al-Sabah menggambarkan kesepakatan ini sebagai "capaian historis" atas rekonsilasi Teluk.
Sebelumnya, Emir Qatar Sheikh Tamim Al Thani disambut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman setibanya di al-Ula, dan keduanya tampak berpelukan.
Pada Senin malam, 4 Januari, Arab Saudi membuka perbatasan dengan Qatar dan seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan perjanjian akan ditandatangani.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar setelah menuding negara itu mendukung teroris.
Pada Senin malam 4 Januari, Arab Saudi membuka perbatasan dengan Qatar dan seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan perjanjian akan ditandatangani.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar setelah menuding negara itu mendukung teroris.
Dicabutnya embargo Qatar memerlukan kesabaran, diplomasi rumit selama berbulan-bulan, terutama oleh Kuwait, yang bertindak sebagai pemimpin mediator. Namun dengan tekanan Gedung Putih karena Donald Trump mendekati hari-hari terakhirnya sebagai presiden.
Baca Juga :Â PPATK Telusuri Transaksi Keuangan di Rekening FPI
Blokade selama tiga setengah tahun sangat merugikan perekonomian Qatar dan kesatuan Teluk.
Warga Qatar tak akan pernah melupakan apa yang mereka anggap sebagai "penikaman dari belakang" oleh negara-negara tetangga Teluk, yang memutuskan hubungan diplomatik.
Tetapi di luar retorika diplomasi ini, Uni Emirat Arab khususnya ragu-ragu bahwa Qatar akan berubah. Qatar telah menyanggah bahwa mereka mendukung terorisme, gerakan di Gaza, Libia dan tempat lain, khususnya jaringan Ukhuwah Islamiyah yang dianggap UEA sebagai ancaman mereka.
Sementara embargo ini sendiri, mendekatkan Qatar kepada musuh Arab Saudi dalam ideologi: Turki dan Iran.