RAKSASA media sosial Twitter menggembok akun milik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyusul kerusuhan yang terjadi di Gedung Capitol, Washington, DC pada Rabu (6/1/2021). Menurut keterangan yang di-posting akung resmi Twitter, penguncian itu akan berlaku selama 12 jam dan kemungkinan bisa lebih lama.
Dalam keterangannya, Twitter juga menyatakan telah menghapus tiga cuitan yang di-posting Trump terkait demonstrasi di Washington, DC dan tudingan kecurangan pemilu AS.
BACA JUGA: Seorang Wanita Tewas Ditembak dalam Penyerbuan Capitol, Virginia Umumkan Keadaan Darurat
“Sebagai akibat dari situasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sedang berlangsung di Washington, D.C., kami harus menghapus tiga tweet yang diposting @realDonaldTrump hari ini karena pelanggaran berulang dan berat terhadap kebijakan Integritas Sipil kami,” demikian keterangan dari Twitter.
This means that the account of @realDonaldTrump will be locked for 12 hours following the removal of these Tweets. If the Tweets are not removed, the account will remain locked.
— Twitter Safety (@TwitterSafety) January 7, 2021
“Ini berarti akun @realDonaldTrump akan dikunci selama 12 jam setelah penghapusan Tweet ini. Jika Tweet tidak dihapus, akun tersebut akan tetap terkunci.”
Selain akun Twitter, akun Instagram dan Facebook Trump ternyata juga dikunci oleh pihak perusahaan, demikian dilaporkan Associated Press.
Ratusan pendukung Trump yang berdemonstrasi di Washington, DC pada Rabu menyerbu Gedung Capitol di saat Kongres Amerika Serikat (AS) bersidang dalam upaya membatalkan kekalahan sang petahana dalam pilpres November lalu. Akibat kerusuhan itu, Kongres terpaksa menunda sesi penghitungan suara untuk mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
BACA JUGA: Trump Suruh Pendukungnya Pulang Setelah Kerusuhan di Gedung Capitol
Polisi mengevakuasi anggota parlemen dan berjuang selama lebih dari tiga jam setelah invasi tersebut, membersihkan kekacauan dan para penyusup dari Capitol.
Seorang wanita tewas setelah ditembak selama kekacauan itu, dan Gubernur Virginia Ralph Northam terpaksa mengumumkan keadaan darurat.