Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menelusuri Kehidupan Seks Kaum Neanderthal, Apakah Manusia Purba Berciuman?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Selasa, 26 Januari 2021 |00:36 WIB
Menelusuri Kehidupan Seks Kaum Neanderthal, Apakah Manusia Purba Berciuman?
Rekonstruksi wajah perempuan Neanderthal (Foto: Getty Images)
A
A
A

Tetapi ketika para ilmuwan mengurutkan DNA dari tiga Neanderthal, yang hidup 38.000-53.000 tahun yang lalu, mereka terkejut menemukan bahwa kromosom Y mereka punya lebih banyak kesamaan dengan manusia saat ini.

Para peneliti mengatakan ini adalah bukti "aliran gen yang kuat" antara Neanderthal dan manusia modern awal — mereka cukup sering kawin.

Sedemikian seringnya, sehingga saat jumlah Neanderthal menyusut menjelang akhir keberadaannya, kromosom Y mereka mungkin telah punah, dan digantikan seluruhnya dengan milik kita.

Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah besar leluhur manusia laki-laki berhubungan seks dengan Neanderthal perempuan.

Tapi ceritanya tidak berakhir di situ. Penelitian lain menunjukkan bahwa nasib yang hampir persis sama menimpa mitokondria Neanderthal — mesin seluler yang membantu mengubah gula menjadi energi yang dapat digunakan — secara eksklusif diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya.

Jadi ketika mitokondria manusia modern awal ditemukan pada sisa-sisa jasad Neanderthal pada 2017, itu mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita juga berhubungan seks dengan Neanderthal jantan.

Kali ini, kawin silang kemungkinan besar terjadi antara 270.000 dan 100.000 tahun yang lalu, ketika manusia sebagian besar terkurung di Afrika.

Penyakit menular seksual

Beberapa tahun yang lalu, Ville Pimenoff sedang mempelajari penyakit menular seksual human papillomavirus (HPV), ketika dia melihat sesuatu yang aneh.

Virus papiloma ada di mana-mana di antara hewan, termasuk beruang, lumba-lumba, kura-kura, ular, dan burung — faktanya, virus ini ditemukan di hampir semua spesies yang telah dipelajari keberadaannya.

Di antara manusia saja, ada lebih dari 100 jenis galur yang beredar, yang secara kolektif bertanggung jawab atas 99,7% kanker serviks di seluruh dunia.

Dari jumlah tersebut, salah satu yang paling mematikan adalah HPV-16, yang mampu bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena diam-diam merusak sel yang diinfeksinya.

Tetapi ada perbedaan yang jelas ditinjau dari tempat varian tertentu ditemukan.

Kemungkinan besar Anda akan menjumpai tipe A, sementara di sub-Sahara Afrika kebanyakan orang terinfeksi tipe B dan C.

Menariknya, polanya persis sama dengan penyebaran DNA Neanderthal di seluruh dunia - tidak hanya pada manusia di sub-Sahara Afrika yang membawa jenis HPV tidak umum, tetapi mereka juga membawa materi genetik Neanderthal relatif sedikit.

Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, Pimenoff menggunakan keragaman genetik di antara tipe A zaman sekarang untuk menghitung bahwa varian itu pertama kali muncul sekitar 60.000 hingga 120.000 tahun lalu.

Usia varian tersebut jauh lebih muda daripada jenis HPV-16 lainnya — dan yang terpenting, ini terjadi sekitar periode manusia modern awal muncul dari Afrika, dan melakukan kontak dengan Neanderthal.

Meskipun sulit untuk membuktikannya secara pasti, Pimenoff yakin mereka segera mulai bertukar penyakit menular seksual — dan bahwa perbedaan varian HPV-16 mencerminkan fakta bahwa manusia memperoleh tipe A dari antesendannya.

"Saya mengujinya ribuan kali menggunakan teknik komputasi, dan hasilnya selalu sama — ini adalah skenario yang paling masuk akal," kata Pimenoff.

Berdasarkan cara penyebaran virus HPV saat ini, ia menduga bahwa virus tersebut tidak hanya sekali ditularkan ke manusia, tetapi berulang kali dalam kesempatan berbeda.

"Sangat kecil kemungkinannya hal itu terjadi hanya sekali, karena ada kemungkinan besar bahwa penularan tidak akan bertahan lebih lanjut," kata Pimenoff.

"Hubungan seksual ini pasti agak khas di Eurasia, di daerah kedua populasi manusia ada saat itu."

Menariknya, Pimenoff juga percaya bahwa akuisisi tipe A dari Neanderthal menjelaskan mengapa itu sangat berbahaya pada manusia — karena manusia pertama kali menemukannya relatif baru-baru ini, sistem kekebalan kita belum berevolusi untuk dapat membersihkan infeksi.

Faktanya, berhubungan seks dengan Neanderthal mungkin menularkan berbagai virus ke manusia modern, termasuk kerabat kuno HIV. Tetapi tidak perlu merasa kesal terhadap kerabat kita yang telah lama punah, karena ada juga bukti bahwa kita juga menularkan penyakit seksual ke Neanderthal — termasuk herpes.

Organ seksual

Meskipun mungkin tampak kasar untuk bertanya-tanya seperti apa penis dan vagina Neanderthal, alat kelamin berbagai organisme telah menjadi subjek penelitian ilmiah yang sangat luas; pada saat penulisan artikel ini, pencarian kalimat "evolusi penis" di Google Scholar menghasilkan 98.000 artikel, sedangkan "evolusi vagina" menghasilkan 87.000.

Ternyata organ seksual hewan dapat mengungkapkan banyak hal mengejutkan tentang gaya hidup, strategi kawin, dan sejarah evolusi mereka — jadi keingintahuan tentang bagaimana organ seksual mereka hanyalah cara lain untuk memahaminya.

Kerajaan hewan berisi berbagai bentuk alat kelamin. Ini termasuk gurita argonaut yang penisnya berbentuk cacing dan dapat dilepas berenang sendirian untuk kawin dengan betina — fitur praktis yang diperkirakan telah berkembang karena ukuran jantan hanya sekitar 10% dari ukuran betina. Ada pula kanguru, yang punya tiga vagina sehingga betina bisa terus-menerus hamil.

Salah satu ciri penis manusia yang tidak biasa adalah bentuknya yang halus. Kerabat terdekat kita, simpanse biasa dan simpanse bonobo — yang memiliki sekitar 99% DNA kita — memiliki "tulang penis".

Tulang kecil ini, yang terbuat dari bahan yang sama dengan kulit dan rambut (keratin), diperkirakan telah berevolusi untuk membersihkan sperma jantan pesaing, atau membuat vagina betina lecet ringan sehingga membuatnya tidak bisa berhubungan seks lagi untuk sementara waktu.

Pada 2013 lalu, para ilmuwan menemukan kode genetik penis simpanse kurang memiliki genom Neanderthal dan Denisovan, seperti pada manusia modern. Hal ini menunjukkan bahwa itu telah menghilang dari nenek moyang serumpun kita setidaknya 800.000 tahun yang lalu.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement