WASHINGTON - Para pejabat keamanan Amerika Serikat (AS) memperingatkan ancaman terorisme domestik yang meningkat dari orang-orang yang tidak puas dengan hasil pemilihan presiden (pilpres) pada November lalu.
Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan serangan pada 6 Januari di Gedung Capitol, Washington DC, oleh para pendukung Donald Trump kemungkinan telah mendorong sejumlah ekstremis untuk bertindak.
Dalam surat peringatan, departemen itu mengatakan soal ancaman dari "para individu yang frustrasi dengan penerapan kebihakan oleh pemerintah".
Tetapi menambahkan tidak ada informasi soal sebuah rencana tertentu yang terkait dengan ancaman terorisme domestik tersebut.
Serangan terhadap Gedung Capitol terjadi saat Kongres mengadakan pertemuan untuk mengkonfirmasi kemenganan Joe Biden.
Trump, yang saat itu siap menyelesaikan masa jabatannya, sebelumnya mengatakan kepada ribuan pendukungannya di luar Gedung Putih dan mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu telah dicuri darinya.
(Baca juga: Israel Khawatir dengan Perubahan Kebijakan AS di Timur Tengah)
Trump mengatakan kepada mereka, "Jika Anda tidak berjuang mati-matian, Anda tidak akan memilki negara lagi."
Massa kemudian menuju ke Capitol hingga petugas keamanan gedung kewalahan di tengah penyerbuan. Lima orang, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol, meninggal dalam kerusuhan itu.
Trump kini menghadapi pemakzulkan karena "hasutan pemberontakan yang ia serukan" dan persidangannya di Senat akan dimulai bulan depan.
(Baca juga: China: Serangan ke Gedung Capitol Bisa Jadi Bumerang)