"Kalau dokter bilang itu karena virus, pas hamil dua bulan pas pembentukan kemasukan virus tokso. Mungkin pas dua bulan ketahuan bisa disuntik vaksin untuk tokso, tetapi ini ketahuan empat bulan jadi sudah telat," katanya.
Meski kondisi bayinya tidak normal, ia mengatakan selama di dalam kandungan, gerakan bayi laki-laki yang lahir dengan berat 3 kg dan panjang 48 cm tersebut sangat aktif.
Sementara itu, dari sisi ekonomi pasangan ini juga bukan dari kalangan berada. Ayu sendiri hanya seorang ibu rumah tangga dan suaminya bekerja serabutan. Bahkan, sudah dua minggu ini suaminya tidak bekerja.
"Saya kan kemarin operasi caesar, jadi ini suami tidak kerja karena harus bantu merawat adek (bayi Arkan). Saya memulihkan kondisi saya sendiri dulu, kalau untuk kebutuhan sehari-hari sementara ini dibantu keluarga besar, selain itu ada beberapa orang yang ikut membantu kami," ujarnya.
Ia mengakui kondisi tersebut tidak mudah, apalagi mesin oksigen yang digunakan untuk menopang kehidupan bayi Arkan diperolehnya dari hasil menyewa. Ia mengatakan untuk satu bulan, biaya sewa yang harus dikeluarkan sebesar Rp320.000.
"Kalau oksigennya habis harus isi ulang, biayanya Rp100.000, empat hari sekali isi ulang. Sekarang banyak yang peduli terus dikasih bantuan," katanya.
(Sazili Mustofa)