KINGSTOWN – Puluhan Ribu warga di wilayah dekat sebuah gunung berapi di Pulau St. Vincent, Karibia Timur pada Sabtu (10/4/2021) mengungsi setelah sempat mengabaikan peringatan pertama dari pemerintah. Aksi itu dilakukan sehari setelah Gunung La Soufrière meletus disertai ledakan yang menyebabkan gempa, mengepulkan asap dan menyelimuti pulau itu dengan lapisan batu vulkanik.
Erupsi La Soufrière pada Jumat (9/4/2021) itu adalah letusan terbesar pertama sejak 1979. Letusan itu menyebabkan kota-kota dan desa-desa di sekitarnya menjadi kelam dan gelap. Bau belerang yang kuat tercium Sabtu (10/4/2021) dan abu menutupi semua permukaan, memasuki rumah, kendaraan dan hidung, serta menutupi sinar matahari.
BACA JUGA: Setelah Empat Dekade, Gunung Berapi Soufriere di Karibia Kembali Aktif
Chellise Rogers, warga Desa Biabou, di sebuah daerah yang dianggap aman di St. Vincent, mengatakan dia mendengar suara gemuruh terus menerus.
"Menggembirakan sekaligus menakutkan," katanya sebagaimana dilansir VOA. "ini pertama kalinya saya menyaksikan erupsi gunung berapi."
Para ilmuwan memperingatkan bahwa ledakan bisa terjadi selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, dan bahwa yang terburuk masih akan datang.
BACA JUGA: Gunung Berapi Stromboli Italia Meletus dengan Intensitas Tinggi
"Ledakan pertama bisa jadi bukan ledakan terbesar dari gunung berapi ini," kata Richard Robertson, pakar geologi, dalam konferensi pers.
Sekitar 16.000 orang telah meninggalkan dari permukiman mereka yang diselimuti abu. Hingga kini, tidak ada laporan mengenai korban jiwa ataupun korban luka dalam bencana itu.
(Rahman Asmardika)