"Ini terorisme Israel, kami warga sipil tak bersalah. Anak-anak saya ketakutan, mereka tak mau pulang lagi karena takut terkena serangan udara," teriak seorang perempuan, yang menggendong anaknya saat menyelamatkan diri dari gedung.
Sejak saling serang terjadi, warga banyak yang bersembunyi di rumah-rumah mereka agar terhindar dari pengeboman. Namun di Gaza tak ada tempat untuk berlindung atau sirene sebagai petanda serangan udara. Jadi penduduk tak punya pilihan lain kecuali bersembunyi di dalam rumah.
"Kami tak tahu berapa lama konflik ini akan berlangsung. Tampaknya eskalasi akan berlanjut," kata seorang warga, Sherin Emadadein.
"Saya ibu empat anak, kami tinggal di apartemen tujuh tingkat. Tak ada gedung bawah tanah, saya tidak tahu kemana melarikan diri bila gedung kami dibom."
Sherin berbicara dengan saya melalui telepon saat ia membeli makanan dari satu-satunya toko yang buka di daerah Gaza barat.
"Saya harusnya membeli cokelat dan makanan lain untuk merayakan Idul Fitri, namun kini kami tak tahu berapa lama konflik berlangsung dan saya hanya bisa membeli keperluan pokok," katanya.
Bersembunyi di lemari'
Yolande Knell, koresponden Timur Tengah, Yerusalem
Kota Ashkelon di Israel selatan adalah wilayah yang menjadi sasaran terberat serangan roket dari Gaza.
Kelompok sayap Hamas memperingatkan mereka akan membuat kehidupan di sana laksana "neraka" bagi penduduk setempat.
Suara derung sirene secara konstan membuat warga berlarian untuk berlindung.