Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Apakah Biden Terbelenggu Perjanjian AS-Taliban yang Diteken Pemerintahan Trump?

Agregasi VOA , Jurnalis-Sabtu, 21 Agustus 2021 |07:33 WIB
Apakah Biden Terbelenggu Perjanjian AS-Taliban yang Diteken Pemerintahan Trump?
Presiden AS Joe Biden (Foto: AP via VOA)
A
A
A

WASHINGTON - Ketika pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perjanjian damai dengan Taliban pada Februari 2020, ia dengan optimis mengatakan “kami membuat pada akhirnya kami akan berhasil.” Menteri Luar Negeri ketika itu Mike Pompeo menegaskan bahwa pemerintah “merebut peluang terbaik untuk mencapai perdamaian dalam satu generasi.”

Delapan belas bulan kemudian Presiden Joe Biden menunjuk pada perjanjian yang ditandatangani di Doha, Qatar, ketika ia berupaya menangkis kecaman atas keberhasilan Taliban menguasai kembali Afghanistan dalam waktu singkat. Biden mengatakan perjanjian itu mengikatnya untuk menarik pasukan Amerika, yang berpotensi menciptakan kondisi kacau.

Associated Press melaporkan Biden sejauh ini mengklaim bahwa perjanjian itu tidak memberinya banyak opsi. Perjanjian itu masih memiliki klausul lain, yaitu Amerika dapat mundur dari perjanjian itu jika perundingan damai Afghanistan gagal. Perundingan damai itu gagal, tetapi Biden memilih untuk tetap mematuhi perjanjian itu, meskipun ia menangguhkan penarikan mundur seluruh pasukan dari Mei ke September.

(Baca juga: Biden Tegaskan Akan Pulangkan Semua Warga AS dari Afghanistan)

 Penjabat Menteri Pertahanan pada bulan-bulan terakhir pemerintah Trump, Chris Miller, kesal dengan gagasan bahwa Biden terbelenggu oleh perjanjian itu.

“Jika ia pikir perjanjian itu buruk, ia bisa melakukan perundingan ulang. Ia memiliki banyak kesempatan untuk melakukan hal itu jika menginginkannya,” ujar Miller dalam sebuah wawancara. Miller merupakan pejabat urusan kontra-terorisme Pentagon ketika kesepakatan itu ditandatangani.

Namun perundingan ulang akan sulit. Biden hanya memiliki sedikit kekuatan tawar menawar. Ia, seperti Trump, ingin agar pasukan Amerika keluar dari Afghanistan. Menarik diri dari perjanjian itu mungkin akan memaksanya mengirim lebih banyak personil pasukan lagi.

(Baca juga: Pejuang Mujahidin Afghanistan Rebut Kembali 3 Distrik dari Tangan Taliban)

Biden menyampaikan poin penting itu, Senin (16/8), dalam pidato yang disiarkan televisi nasional dari Gedung Putih. Biden menegaskan ia berkomitmen untuk tidak mengirim lebih banyak pasukan Amerika guna memperjuangkan masa depan Afghanistan, meskipun ia juga mengingatkan kembali bahwa perjanjian penarikan mundur itu telah ditentukan sebelumnya oleh pendahulunya.

“Sebagai presiden, pilihan yang harus saya buat adalah mematuhi seluruh perjanjian itu atau bersiap kembali bertempur dengan Taliban,” ujar Biden.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement