Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengaku Sebagai Transgender, Terdakwa Pengeboman Masjid Minta Hukuman Dikurangi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 25 Agustus 2021 |15:35 WIB
Mengaku Sebagai Transgender, Terdakwa Pengeboman Masjid Minta Hukuman Dikurangi
Emily Claire Hari terancam hukuman seumur hidup atas tuduhan pengeboman masjid pada 2017. (Foto: Kantor Sheriff Sherburne County)
A
A
A

SAINT PAUL – Seorang pemimpin milisi Amerika Serikat (AS), yang menghadapi hukuman penjara seumur hidup karena mengebom sebuah masjid di Minnesota pada 2017, sekarang dilaporkan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang wanita transgender. Pengacaranya meminta hukuman yang lebih ringan, beralasan bahwa bahwa disforia gender yang dialami kliennya memicu serangan tersebut.

Menurut dokumen pengadilan yang dilihat oleh media lokal, Emily Claire Hari, pendiri kelompok sayap kanan 'White Rabbits’ yang mengebom Pusat Islam Dar Al-Farooq di MInnesota, telah mengklaim bahwa dia telah menderita “konflik internal" saat melakukan aksinya tersebut.

BACA JUGA: Wanita Tanpa Busana Ditangkap Setelah Pukul Polisi dan Ancam Warga dengan Pisau

Diwartakan Minneapolis Star Tribune, Hari, (50 tahun), yang dikenal sebagai Michael Hari, mengklaim “konflik internal” ini berasal dari “kombinasi disforia gender dan misinformasi sayap kanan,” termasuk konten anti-Muslim di daring. Pengacara Hari telah meminta hakim federal untuk menjatuhkan hukuman penjara minimal 30 tahun daripada hukuman seumur hidup.

Desember lalu, dewan juri federal memutuskan Hari bersalah atas lima dakwaan terkait pengeboman Agustus 2017, mulai dari merusak properti keagamaan dan menghalangi keyakinan agama hingga memiliki perangkat perusak yang tidak terdaftar dan berniat menggunakannya dalam kejahatan kekerasan.

BACA JUGA: Mahkamah Agung AS Tolak Sidangkan Kasus Toilet Transgender

Dalam dokumen pengadilan, pengacara Hari dilaporkan menulis bahwa kliennya telah menjalani “kehidupan ganda” dan bahkan berencana menjalani operasi penggantian kelamin di Bangkok, Thailand. Hari dilaporkan telah meminta agar identitas transgendernya diakui secara hukum.

“Dia (Hari) sangat ingin melakukan transisi penuh tetapi tahu dia akan dikucilkan dari semua orang dan segalanya,” kata pengacaranya sebagaimana dilansir RT.

Dalam pengajuan pengadilan baru-baru ini, pengacara mengklaim bahwa Hari "diam-diam mencari 'perubahan jenis kelamin', 'operasi transgender', dan 'transgender pasca-operasi' di internet." Dia juga tampaknya membeli "baju dan pakaian wanita" untuk perjalanannya sementara juga membeli "baju militer untuk misi [kelompok]."

Menurut Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Minnesota, Hari membentuk White Rabbits pada musim panas 2017 dan merekrut rekan terdakwa Michael McWhorter dan Joe Morris. Dilengkapi dengan perlengkapan paramiliter dan senapan serbu, ketiganya melaju dari Illinois untuk mengebom masjid di luar negara bagian itu.

Jaksa mengatakan Morris memecahkan jendela kantor imam masjid dan melemparkan wadah plastik dengan campuran bahan bakar diesel dan bensin sementara McWhorter menyalakan sekering pada bom pipa bubuk hitam seberat 20 pon dan melemparkannya melalui jendela. Kedua pria itu dikatakan bertindak atas perintah Hari, yang menunggu di sebuah truk.

Beberapa jamaah berada di masjid untuk sholat Subuh saat bom meledak, untungnya tidak ada korban, meski terjadi kerusakan parah. Mantan gubernur Minnesota Mark Dayton mengecam serangan itu sebagai "tindakan terorisme" - tuduhan yang diulangi oleh jaksa dalam kasus tersebut.

Morris dan McWhorter mengaku bersalah atas peran mereka dalam pengeboman dan dianggap sebagai saksi kunci persidangan Hari. Hukumannya dijadwalkan pada 13 September.

Meskipun jaksa mengatakan Hari telah menargetkan masjid untuk meneror Muslim agar meninggalkan negara itu, pengacaranya berpendapat bahwa dia adalah "pasifis" yang disalahpahami dan "bukan 'nasionalis kulit putih', 'neo-Nazi', 'skinhead'," atau anggota entitas sayap kanan lainnya.

Hari terus membantah ikut serta dalam pengeboman itu.

Sebaliknya, pengacara itu mengatakan, Hari adalah "manusia yang kompleks" yang dipengaruhi oleh "retorika dan informasi yang salah, anti-Muslim, dan Islamofobia."

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement