Ia menambahkan: “Korea Utara jelas tidak berharap menang perang melawan AS tapi jelas berharap kalau Amerika keluar, AS akan mengakui Korea Utara sebagai negara dengan kemampuan senjata nuklir, atau setidaknya secara tidak resmi mengakuinya.”
Evans Revere, mantan pegawai Deplu AS yang punya pengalaman luas bernegosiasi dengan Korea Utara, mengatakan Pyongyang telah meningkatkan upaya untuk memperlemah aliansi Amerika-Korea Selatan. Ia memperingatkan bahwa Korea Utara tidak boleh salah perhitungan dalam mengamati situasi di Afghanistan.
“Korea Utara sebaiknya tidak menarik kesimpulan salah dari apa yang mereka lihat, karena Amerika masih sangat kuat, masih jadi negara adidaya yang mampu melakukan banyak hal, dan Korea Utara tidak boleh melihat (penarikan pasukan AS) dari Afghanistan dengan kesimpulan yang keliru,” kata Revere.
Revere mengatakan bahwa Korea Utara punya dua tujuan utama dalam hubungannya dengan Amerika.
“Korea Utara sudah lama menginginkan penarikan pasukan AS dari Semenanjung Korea,” kata Revere, yang kini berafiliasi dengan Brookings Institution, lembaga think tank yang berbasis di Washington DC.
“Tujuan Korea Utara adalah untuk melemahkan aliansi (AS-Korea Selatan) dan mengakhirinya. Tujuan ini tidak berubah. Dan apa yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah Korea Utara lebih aktif mengkampanyekan tujuan itu, daripada tahun-tahun sebelumnya," tambah Revere.
Menargetkan Aliansi AS-Korsel
Ken Gause, direktur Program Analisa Musuh di pusat riset CNA (Center for Naval Analysis) di Arlington, Virginia, mengatakan perkembangan terakhir di Kabul bisa mendorong upaya Pyongyang untuk memutuskan aliansi antara Washington dan Seoul.
“Korea Utara mungkin melihat Amerika sedang terluka sekarang, dan mungkin ada keuntungan bagi Korea Utara untuk menambah tekanan dan memisahkan aliansi AS dan Korea Selatan,” kata Gause.