"(Seseorang) yang meninggal karena gagal napas akibat Covid sering masuk dalam statistik sebagai orang yang meninggal karena gagal napas, tetapi bukan karena Covid-19," ungkapnya.
“Morbiditas yang tinggi di Rusia dipandang sebagai tanda kegagalan negara dan masyarakat,” lanjutnya.
Sebelumnya, berdasarkan laporan CNN bahwa ada kekhawatiran tentang pejabat Rusia yang tidak melaporkan angka kematian akibat virus corona. Metode penghitungan Rusia tidak memasukkan bagian dari kematian dalam statistik resmi yang menyatakan orang meninggal "dengan Covid" tetapi dinyatakan tidak "karena Covid", yang tidak sesuai dengan rekomendasi WHO.
Pejabat pemerintah mulai berbicara secara terbuka tentang kedalaman krisis Covid-19. Perdana Menteri (PM) Mikhail Mishustin mengatakan pada pertemuan gugus tugas Covid-19 pada Selasa (19/10) jika beban pada institusi medis meningkat secara serius.
Gubernur wilayah Oryol, Andrey Klychkov, baru-baru ini mengungkapkan bahwa wilayah tersebut tidak memiliki kapasitas untuk merawat pasien di rumah sakit lagi.
“Angka yang paling mengerikan adalah kami menyiapkan 1.854 tempat tidur, hari ini tidak ada lagi tempat tidur kosong yang tersedia. Tentu saja, kami akan menyediakan tempat tidur sebanyak yang kami bisa, kami akan mencari opsi. Tetapi saat ini tidak ada tempat tidur yang tersedia, dan ini menimbulkan kekhawatiran serius," terangnya saat siaran langsung di Instagram.
Upaya Rusia untuk mengurangi penularan telah sangat terhambat oleh program vaksinasi yang tidak disambut antusias. Hanya sekitar 30% dari populasi yang divaksinasi penuh, di negara di mana empat vaksin domestik tersedia.
Menurut beberapa survei, Rusia memiliki tingkat skeptisisme vaksin yang tinggi, Jajak pendapat Ipsos pada Mei lalu menemukan bahwa niat vaksinasi di antara orang-orang yang tidak divaksinasi di 15 negara adalah yang terendah di Rusia (41%) dan Amerika Serikat (46%).