Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peneliti Temukan 18 Virus Resiko Tinggi di Pasar Basah, China Bisa Picu Pandemi Baru

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 16 November 2021 |05:57 WIB
Peneliti Temukan 18 Virus Resiko Tinggi di Pasar Basah, China Bisa Picu Pandemi Baru
Peneliti temukan 18 virus resiko tinggi di pasar basah China (Foto: EPA)
A
A
A

CHINAChina diperkirakan dapat memicu pandemi lain karena para peneliti telah menemukan delapan belas virus "berisiko tinggi" bersembunyi di pasar basah.

Pasar basah Wuhan tempat para pedagang menjual mamalia, reptil, dan ikan hidup sebelumnya dikaitkan dengan wabah awal virus corona pada 2019.

Menurut ilmuwan Inggris Dr Eddie Holmes, para ahli China telah menyoroti risiko virus menular dari hewan ke manusia lima tahun sebelum dimulainya pandemi, setelah mengunjungi pasar makanan laut Huanan.

Straits Times melaporkan saat ini para ahli telah memperingatkan bahwa spesies satwa liar yang diperdagangkan dijual dan dikonsumsi di pasar basah China adalah "pandemi yang menunggu untuk terjadi.”

Sebuah studi baru yang diterbitkan pada 12 November, telah mengidentifikasi 71 virus mamalia, termasuk 18 virus berisiko tinggi yang dapat berbahaya bagi manusia dan hewan lainnya.

 Baca juga: China Alami Wabah Covid-19 Varian Delta Terbesar, 1.308 Kasus dalam Sebulan

Menurut para peneliti, yang paling mengkhawatirkan adalah mikroba yang ditemukan pada musang, hewan nokturnal kecil yang mirip dengan musang yang merupakan spesies yang membawa virus corona SARS dari kelelawar ke manusia di China pada 2002.

Sementara penelitian belum menemukan sesuatu yang menyerupai Sars-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19, mereka menemukan bahwa strain yang dibawa oleh kelelawar dapat menginfeksi hewan lain yang dapat menyebabkan wabah berbahaya.

Baca juga: China Catat 32 Kasus Baru Covid-19, Provinsi Hebei Masuki "Mode Masa Perang"

"Studi ini menyoroti dengan tepat mengapa perdagangan satwa liar dan pasar hewan hidup adalah kecelakaan pandemi yang menunggu untuk terjadi,” terang rekan penulis studi Profesor Edward Holmes, seorang ahli biologi evolusi di University of Sydney.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement