“Kami telah mencoba memberi ruang bagi perempuan dan anak-anak untuk tidur di lantai. Kami tidak memiliki kasur tambahan tetapi kami telah meletakkan beberapa karpet dan pakaian cadangan di lantai untuk tempat mereka berbaring,” terangnya.
“Kami sudah kehabisan air kemasan. Kami juga kehabisan air yang biasa saya isi di bak mandi sebelum keran padam. Gas adalah satu-satunya yang masih berfungsi - kita dapat menggunakannya untuk merebus air mandi untuk diminum,” ungkapnya.
“Hari ini polisi membuka toko dan menyuruh orang mengambil semuanya, karena orang di sini tidak punya makanan dan minuman. Tetangga kami berhasil mengambil beberapa permen, beberapa ikan dan beberapa minuman bersoda,” ujarnya.
Dia melihat niata kedua pihak untuk gencatan senjata itu tidak benar adanya. Dia menegaskan satu pihak tidak pernah berencana untuk berhenti menembak. “Jika mereka mengatakan ada gencatan senjata besok [Minggu] kita harus mencoba pergi, tapi kita tidak tahu apakah itu akan nyata. Mungkin sekarang lebih baik kita bersembunyi,” ujarnya.
“Anda dapat terus menelepon saya selama saya memiliki baterai yang tersisa di telepon saya, tetapi saya tidak tahu berapa lama itu akan terjadi. Setelah hari ini aku tanpa harapan. Mulai sekarang kami melakukan apa yang kami miliki setiap hari hanya untuk bertahan hidup dan untuk tetangga kami untuk bertahan hidup. Setelah itu saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kami sangat lelah dan kami tidak melihat jalan keluar,” tambahnya.
(Susi Susanti)