BERLIN - Seorang pria Jerman yang menjadi ayah dari empat anak dengan saudara perempuannya, mengklaim hukuman inses merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan terus menyerukan agar hubungan mereka segera dilegalkan dan undang-undang yang melarangnya untuk dihapuskan.
Patrick Stuebing, (44 tahun), dari Leipzig, diadopsi sebagai seorang anak dan tidak bertemu adik perempuannya Susan Karolewski, (37 tahun), sampai ia melacak keluarga kandungnya di usia 20-an.
BACA JUGA: Pertama Kali dalam 200 Tahun, Prancis Akan Kriminalisasi Hubungan Inses
Setelah dia pindah ke rumah ibu mereka, Stuebing dan Karolewski mulai berhubungan seks sebulan setelah bertemu dan mulai menjalin hubungan romantis.
Pasangan itu, yang telah lama mempertahankan hubungan mereka, kemudian memiliki empat anak antara 2001 dan 2005, dua di antaranya cacat.
Berbicara tentang hubungan mereka, Patrick mengatakan bahwa dia dan saudaranya tidak merasa bersalah dan tidak melakukan pelanggaran.
“Kami tidak merasa bersalah tentang apa yang telah terjadi di antara kami. Kami ingin hukum yang membuat inses sebagai kejahatan dihapuskan,” ujarnya sebagaimana dilansir Daily Mail.
Stuebing adalah anak ketiga dari delapan bersaudara yang lahir dalam keluarga yang miskin, tidak berpendidikan, dan disfungsional.
Ayahnya yang kejam, sekarang sudah meninggal, menyerangnya dengan pisau ketika dia berusia tiga tahun dan dia diangkat ke pengadilan dan kemudian diadopsi.
Susan juga dilahirkan dalam keluarga tidak bahagia yang sama, di hari yang sama saat perceraian orang tuanya diselesaikan. Masa kecilnya dirampas, dengan ibunya, Ana Marie, merokok, menganggur, dan sering meninggalkannya di rumah sendirian, atau menghibur kekasih saat dia ada di sana.
Berpendidikan rendah dan hampir tidak bisa menulis, Susan sebelumnya berbicara tentang tidak dicintai dan menjadi beban bagi ibunya.