RICHMOND - Seorang wanita Amerika Serikat (AS) telah mengaku memimpin skuadron yang semuanya perempuan untuk kelompok Negara Islam (IS, dahulu ISIS) di Suriah, serta merencanakan serangan di wilayah AS.
Allison Fluke-Ekren mengaku bersalah atas satu tuduhan memberikan dukungan kepada kelompok teroris itu dan mengaku melatih lebih dari 100 perempuan dan anak perempuan untuk kekerasan.
BACA JUGA: FBI Ungkap Rencana ISIS Bunuh Mantan Presiden AS George W. Bush
Ibu dan guru yang kemudian menjadi pemimpin ISIS itu meninggalkan AS pada 2011, dan bekerja dengan kelompok teror di Libya sebelum Suriah.
Dia menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara pada hukumannya pada Oktober.
Fluke-Ekren, (42), mantan siswa biologi dan guru sekolah, melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok tersebut setelah tinggal di Mesir dan Turki.
Saat bersama ISIS, dia memimpin Khatiba Nusaybah, sebuah batalyon wanita yang berbasis di ibu kota de facto ISIS di Raqqa, Suriah.
Peran utamanya adalah mengajar perempuan dan anak-anak untuk menggunakan senjata, mulai dari senapan AK-47 dan granat hingga rompi bunuh diri, menurut para pejabat sebagaimana dilansir BBC.
BACA JUGA: Manfaatkan Perang di Ukraina, ISIS Janji 'Balas' Kematian Bekas Pemimpinnya
Di pengadilan Virginia pada Selasa (7/6/2022), dia mengaku melatih kelompok yang semuanya perempuan, tetapi mengklaim dia tidak pernah berusaha merekrut anak-anak.
"Kami tidak secara sengaja melatih gadis-gadis muda," katanya, menurut CNN. Beberapa wanita yang dia latih diharapkan untuk bersaksi melawan dia di sidang hukumannya.
Fluke-Ekren, yang dikenal dengan alias Umm Mohammed al-Amriki, juga tinggal di Mosul, Irak, setelah ditangkap oleh pejuang ISIS.