JAKARTA - Ketua Bidang Keagamaan DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Abdul Khaliq Ahmad turut berbelasungkawa atas wafatnya Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Fadhlu Wal Fadhilah di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, KH Dimyati Rois atau Mbah Dim.
Bagi Khaliq, KH Dimyati Rois merupakan sosok ulama yang visioner, kharismatik, alim dan berwawasan politik yang sangat luas.
"Oleh karena itu, Mbah Dim lebih dikenal sebagai "Kiyai Politik" di lingkungan Nahdlatul Ulama," kata Khaliq dalam keterangan resminya, Jumat (10/6/2022).
BACA JUGA:KH. Dimyati Rois Wafat, Sekjen: Partai Perindo Berbelasungkawa, Kita Kehilangan Ulama Moderat
Pandangan dan sikap politik Mbah Dim, kata Khaliq, tidak saja didasarkan pada fenomena politik aktual. Namun juga, kata Khaliq, pada sikap dan perilaku politik tokoh yang dianggap layak sebagai patron.
Ini dilihat, baik dari aspek kompetensi dan intelektualitas maupun keberanian Mbah Dim dalam bersikap, meski berbeda dengan politik arus utama (mainstream) pada zamannya.
"Dalam konteks itu, tokoh politik yang sangat dikagumi oleh Mbah Dim adalah KH Wahab Chasbullah dan H Subhan ZE. Kedua tokoh tersebut dianggap piawai dan sangat mumpuni dalam strategi politik," ungkapnya.
BACA JUGA:Profil KH Dimyati Rois: Ulama Tawadhu, Bersahaja, dan Ahli Sejarah
Referensi politik Mbah Dim lainnya, lanjut Khaliq, adalah kecuali kisah Nabi-nabi yang termaktub dalam Alquran, dan perangai Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabatnya, juga kitab-kitab klasik karangan ulama terkemuka.