Klaim tersebut tidak dapat diverifikasi oleh BBC, dan walikota yang ditunjuk Rusia mengatakan pengujian rutin dilakukan dan tidak ada kasus kolera yang tercatat.
Kementerian Kesehatan Ukraina mengatakan pihaknya memiliki akses terbatas ke informasi dari Mariupol, tetapi telah melakukan pengujian di wilayah yang dikuasai Ukraina dan tidak menemukan kasus apa pun.
Awal pekan ini, PBB mengatakan bahwa air telah bercampur dengan limbah di Mariupol, meningkatkan risiko wabah kolera. Palang Merah telah memperingatkan bahwa penghancuran infrastruktur sanitasi telah menjadi dasar bagi penyebaran penyakit yang terbawa air.
Selain itu, kondisi sanitasi di kota tersebut dikatakan sangat buruk, dengan tumpukan sampah di jalan-jalan dan mayat-mayat masih tergeletak di bawah reruntuhan.
"Banyak mayat tergeletak di tanah dan di dalam gedung... mayat membusuk di sana. Banyak kecoak, lalat. Tumpukan kotoran. Sampah yang tidak bisa dibuang siapa pun," terang penduduk Kyiv Anastasiia Zolotarova, yang ibunya meninggalkan Mariupol minggu lalu , kepada BBC.
Diketahui, Mariupol jatuh ke tangan Rusia pada Mei setelah serangan brutal yang berlangsung hampir tiga bulan, yang membuat kota itu hancur.
Pada April lalu, walikota Ukraina mengatakan lebih dari 10.000 warga sipil telah tewas. Pertempuran berkecamuk selama beberapa minggu lagi setelah itu, menunjukkan jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi.