TEHERAN – Iran tidak akan membantu kedua belah pihak dalam konflik Rusia-Ukraina, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian. Pernyataan Amir-Abdollahian ini merupakan tanggapan dari klaim Amerika Serikat (AS) bahwa Teheran berencana mengirim “ratusan drone” ke Rusia untuk membantu Moskow dalam konflik di Ukraina.
BACA JUGA: AS Peringatkan Iran Berencana Pasok Drone ke Rusia, Termasuk Drone Tempur
“Kami memiliki berbagai jenis kerja sama dengan Rusia, termasuk di bidang pertahanan. Tetapi kami tidak akan membantu salah satu pihak dalam konflik ini karena kami percaya bahwa itu harus dihentikan,” kata Amir-Abdollahian kepada surat kabar Italia La Repubblica, Rabu (13/7/2022).
“Masalah saat ini dengan konflik adalah bahwa beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, memiliki produsen senjata yang mencoba menjual produk mereka,” katanya sebagaimana dilansir RT,
Dia menambahkan bahwa Teheran “akan menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi”, tetapi akan bekerja untuk menghentikan konflik.
BACA JUGA: Iran Serukan Sikap Netral untuk Cari Solusi Konflik Rusia-Ukraina
Pada Senin (11/7/2022), Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa Iran sedang "bersiap untuk menyediakan Rusia hingga beberapa ratus UAV (pesawat tak berawak)," termasuk drone tempur. Moskow belum mengomentari masalah ini.
Banyak negara Barat, termasuk AS, memasok persenjataan berat ke Kiev, seperti peluncur rudal, kendaraan lapis baja, dan drone tempur. Moskow menegaskan bahwa "membanjiri" Ukraina dengan senjata hanya akan memperburuk konflik.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan perjalanan ke Teheran pada 19 Juli dan bertemu dengan rekan-rekannya Ebrahim Raisi dari Iran dan Recep Tayyip Erdogan dari Turki, menurut Kremlin.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(Rahman Asmardika)