Saat kami berbincang di dapur nenek buyut saya, saya mempelajari semuanya, dari caranya memasak tanpa listrik atau kompor, deretan hidangan yang terbuat dari barro (tanah liat terakota merah), dan lubang batu dalam di tengah ruangan tempat dia menyiapkan pot besar nixtamal, biji jagung yang diproses dengan cara khusus untuk membuat tortilla de maíz.
Bersemangat tentang pengetahuan baru tentang leluhur, saya bertanya kepada nenek Juana ke mana saya bisa pergi untuk mempelajari lebih lanjut tentang peninggalan P'urhépecha. Dia mengaduk makanan dan menatap paman saya dengan penuh wibawa saat dia berkata dalam bahasa Spanyol, "Bawa dia ke Pátzcuaro."
Sehari kemudian, kami berada di lembah Danau Pátzcuaro. Saya, paman, bibi, dan sepupu saya, menatap kagum pada sederet monumen yang telah dibangun nenek moyang kami untuk menghormati beberapa dewa, antara lain dewa matahari mereka, Curicaueri.
Antara abad ke-14 dan awal abad ke-16, P'urhépechas mendominasi Meksiko barat dengan perkiraan populasi lebih dari satu juta orang. Tzintzuntzan adalah ibu kota mereka, tempat irecha, atau penguasa, tinggal.
Suku Aztec, pada masa itu, memerintah di Meksiko Tengah. Kekaisaran P'urhépecha mencegah Aztec menjajah wilayah di utara dan barat.
Menurut Jahzeel Aguilera Lara, seorang ahli geografi dan peneliti di National Autonomous University of Mexico, Yácatas Tzintzuntzan atau 'tempat burung kolibri' adalah struktur piramida yang paling terpelihara di wilayah tersebut.
Selain belajar tentang arsitektur P'urhépecha, pengunjung lokasi bersejarah ini juga akan belajar tentang cara P'urhépecha memahami dunia dan pentingnya Danau Pátzcuaro bagi mereka.