Contoh riilnya, kata Wahid, seperti guru olahraga yang pada dasarnya memberikan pembelajaran dalam bentuk based learning project. Dimana siswa tidak hanya mengetahui secara teori tapi juga dipraktikkan.
"Merdeka belajar sudah dicerminkan oleh guru olahraga. Mereka tidak hanya mengajarkan teori tapi juga praktik. Misal guru memberikan pembelajaran teori permainan bola voli, agar siswa memahami dan mengerti, maka teori yang diajarkan tersebut dipraktikkan di lapangan. Guru olah raga juga memberi kebebasan pada siswa untuk menyukai olahraga yang sesuai bakat minatnya," tuturnya.
Ditambah lagi, kata dia ada platfom merdeka mengajar yang menyediakan berbagai referensi untuk guru agar dapat terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.
Perbedaan lainnya, jelas Wahid, juga terletak pada kebebasan yang diberikan kepada sekolah dalam menentukan/ menyusun kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.
“Walaupun pemerintah memberikan tiga pilihan kurikulum yang bisa dipilih oleh sekolah, namun saya memotivasi sekolah untuk mencoba memakai Kurikulum Merdeka, karena evaluasi saya terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka yg ada di SMK - PK maupun SMA dan SLB Penggerak hasilnya sangat bagus terhadap peningkatan kreativitas dan karakter peserta didik. Selain itu Kurikulum Merdeka sangat memanusiakan manusia yang tujuannya adalah untuk menghargai harkat dan martabat peserta didik,” ucapnya.
"Satuan pendidikan dapat mengimplementasikan kurikulum merdeka secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing," katanya.
Tak hanya bagi sekolah, Kurikulum Merdeka juga memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih kelompok mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya di fase F (kelas XI dan XII ). Sedangkan bagi guru, mereka akan memgajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa.