JAKARTA – Meninggalnya Mahsa Amini, seorang gadis Kurdi yang ditahan oleh polisi moral karena tidak memakai hijab di Teheran pada 13 September telah memicu protes besar-besaran di Iran dan memicu reaksi global. Pada Jumat, (30/9/2022) setidaknya 83 orang dilaporkan telah tewas dalam protes yang telah berlangsung selama 12 hari itu.
Pemerintah Iran mengatakan turut bersedih dan berbelasungkawa atas kematian Mahsa Amini. Pihak berwenang telah meluncurkan mendalam dan membentuk tim pencari fakta terkait meninggalnya gadis berusia 22 tahun itu.
“Setelah peristiwa meninggalnya Mahsa Amini, beberapa tim investigasi dan pencari fakta khusus dibentuk untuk mengklarifikasi semua aspek insiden ini dan menemukan kebenaran,” demikian disampaikan Kedutaan Besar Republik Islam Iran dalam keterangan persnya pada Jumat.
“Tim-tim investigasi ini telah mulai bekerja sesuai dengan misi dan tujuan masing-masing untuk menghasilkan penyelidikan yang cepat, adil, tidak memihak, efektif dan independen atas insiden kemarian Mahsa Amini termasuk dengan melakukan penelitian lapangan dan eksperimen ilmiah, meninjau catatan medis, memintai keterangan orang-orang dan pihak-pihak yang relevan serta meninjau rekaman CCTV.”
Hasil penyelidikan tim ini nantinya akan diserahkan kepada otoritas kehakiman Iran.