BRUSSEL— NATO akan melangsungkan latihan nuklir yang telah lama direncanakan minggu depan meskipun terjadi peningkatan ketegangan terkait perang di Ukraina dan desakan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa ia tidak sekadar menggertak ketika ia mengatakan akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan wilayah Rusia, kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Selasa (11/10/2022).
BACA JUGA: Biden: Dunia Hadapi Risiko 'Kiamat Nuklir' Tertinggi Sejak 1962
Latihan bertajuk “Steadfast Noon,” alias “Siang yang Tegar,” itu diadakan setiap tahun dan biasanya berlangsung selama sekira satu minggu. Latihan itu melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir, meski tidak melibatkan bom langsung. Jet konvensional, pesawat pengintai dan pesawat pengisian bahan bakar juga secara rutin terlibat.
Empat belas dari 30 negara anggota NATO akan ikut serta dalam latihan yang direncanakan sejak sebelum invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu. Bagian utama manuver latihan akan dilakukan lebih dari 1.000 kilometer dari wilayah Rusia, kata seorang pejabat NATO.
“Jika kita membatalkan latihan nuklir yang rutin dan sudah lama direncanakan sekarang gara-gara perang di Ukraina, hal itu dikhawatirkan akan mengirimkan sinyal yang sangat salah,” kata Stoltenberg kepada wartawan pada malam pertemuan menteri-menteri pertahanan NATO di Brussel, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia.
“Perilaku NATO yang tegas dan dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi,” katanya.
“Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk memancing kesalahpahaman, kesalahan perhitungan Moskow atas kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan berisiko meningkatkan eskalasi.”
Dengan mundurnya tentara Rusia di bawah pukulan pasukan Ukraina yang dipersenjatai dengan senjata-senjata Barat, Putin meningkatkan pertaruhannya dengan mencaplok empat wilayah Ukraina dan mengumumkan mobilisasi parsial 300.000 pasukan cadangan untuk menopang garis depan Rusia yang tengah runtuh.