Keluarga itu berpose untuk foto selfie. Sekitar pukul 18.30 waktu setempat mereka turun dari jembatan dan duduk di salah satu tepi sungai Macchu.
"Di jembatan itu sangat ramai. Saya kira mungkin ada 400-500 orang di sana," terangnya.
"Saya pergi dan memberi tahu orang-orang yang menjual tiket bahwa mereka harus mengurangi kerumunan. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan,” lanjutnya.
Sepuluh menit kemudian, ketika dia membungkuk untuk memberi minum ke bayinya, dia mendengar suara teriakan dan jeritan.
Jembatan itu putus, lebih dekat ke tepi pantai yang lain, jalur logamnya menjuntai di kedua sisi.
"Saya melihat orang-orang tergelincir ke dalam air dan mereka tidak muncul ke permukaan setelah itu," katanya.
"Yang lain berpegangan pada bagian jembatan mencoba untuk tetap mengapung. Banyak dari kami mencoba membantu siapa pun yang kami bisa,” lanjutnya.
“Setiap kali saya memejamkan mata sekarang saya hanya melihat visual jembatan yang runtuh, dan mendengar suara-suara orang yang tercebur ke sungai,” ujarnya.
"Saya merobek potongan tiket yang saya miliki dengan marah. Dan bukan hanya saya - seluruh kota berduka dan marah,” ungkapnya.
(Susi Susanti)