Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Obituari KH Ichwan Sam, Mantan Sekjen MUI yang Tinggalkan Banyak Legacy untuk Umat

Khafid Mardiyansyah , Jurnalis-Senin, 26 Desember 2022 |08:54 WIB
Obituari KH Ichwan Sam, Mantan Sekjen MUI yang Tinggalkan Banyak <i>Legacy</i> untuk Umat
Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

JAKARTA - KH. Ichwan Sam, mantan Sekjen MUI dua periode dan mantan Sekjen PBNU zaman Gus Dur wafat pada 25 Des 2022, jam 11 siang. Wafatnya kiai berkharisma itu meninggalkan kenangan untuk banyak pihak.

Salah satunya, Ketua MUI Bidang Fatwa, Katib Syuriyah PBNU Asrorub Niam Sholeh. Dalam keterangan tertulisnya, ia mengaku sedang di Jombang Jawa Timur, untuk dua acara; mendampingi anak wisuda Tahfidh dan mengantar anak tes masuk pesantren, di Tebuireng.

"Begitu mendengar kabar wafatnya Mas Ichwan, saya langsung terbayang sosok administratur yang menata dan memodernisir organisasi besar NU dan MUI, sosok yang supel, bekerja dalam diam, dan mentor yang membimbing, mengayomi, dan mengader banyak orang," katanya.

Menurutnya, Ichwan sudah seperti orang tua sekligus guru. Ia mengaku mengenal secara pribadi Ichwan sejak 1996, saat ia masih mahasiswa.

"Saat itu beliau menjadi salah satu Wakil Sekretaris MUI, saat Ketua Umumnya masih diemban KH Hasan Basri. Sekretaris Umumnya HS. Projokusumo. Saya waktu itu diminta membantu mengurusi Majalah MUI, Mimbar Ulama, sebagai reporter dan berlanjut sebagai penyunting. Di samping itu juga diminta membantu berbagai kegiatan MUI, terlebih yang terkait dengan publikasi, kesekretariatan, dan penyusunan materi kegiatan," kenangnya.

"Mas Ichwan rajin membimbing, dengan memberikan arahan, mengajak diskusi, memberikan penugasan, hingga mengoreksi tugas yang sudah saya selesaikan. Koreksinya detil, hingga redaksi dan tanda baca yang sangat kecil. Dari situ saya belajar konsep-konsep persuratan yang menjadi khas MUI, dan menyelami tata administrasi serta garis organisasi ke-MUI-an," paparnya.

Masa kebersamaan Asrorun dan Ichwan di organisasi, baik di NU maupun di MUI, berlanjut hingga 2014, saat Ichwan terkena stroke usai perjalanan dinas ke Rusia.

"Selama itu saya belajar dari Mas Ichwan soal organisasi, tertib administrasi, komunikasi sosial, persahabatan, menjaga harmoni dan keseimbangan dalam tata pergaulan organisasi, dan kedisiplinan," imbuhnya.

Saat 1999, pasca Reformasi, MUI menyelenggarakan Kongres Umat Islam di Asrama Haji Pondok Gede. Asrorun mengaku diminta sebagai panitia, bidang publikasi dan dokumentasi.

"Enam tahun berikutnya, 2005, kembali diselenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia, Mas Ichwan memberi kepercayaan saya sebagai Tim Asistensi SC, bersama  anak-anak aktifis muda, yang bertugas merumuskan dan menyiapkan materi KUII. Mas Ichwan aktif melakukan pembinaan dan kaderisasi pada anak-anak muda," kenangnya lagi.

Saat periode berikutnya, zaman Sekretaris Umum Nazri Adlani yang kemudian digantikan Pak Din Syamsudin, Ichwan masih sebagai wakil Sekretaris. Tetapi, dalam periode tersebut, Ichwan secara de facto menjalankan tugas pengendali administrasi organisasi secara penuh.

"Hingga, periode 2005-2010, saat Kyai Sahal menjadi Ketua Umum MUI, beliau diberi amanah sebagai Sekretaris Umum, dan berlanjut pada periode berikutnya. Ihwal kepiawaian Mas Ichwan dalam menata dan mengendalikan organisasi ini diakui oleh Mas Din, begitu saya memanggil Prof Din Syamsudin, saat komunikasi via WA berkabar tentang wafatnya beliau," tuturnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement