TAIWAN - Ada seruan untuk perlindungan yang lebih besar di Taiwan setelah setidaknya satu perangkat yang digunakan oleh militer Taiwan dikirim untuk diperbaiki di China.
Instrumen optik yang digunakan untuk pengukuran peluncuran rudal anti-kapal Hsiung-Feng III Taiwan dikirim ke pabrikannya di Eropa.
Media Taiwan melaporkan alat itu dikirim kembali ke Taiwan dari provinsi Shandong di China timur.
BACA JUGA: 71 Pesawat AU Merangsek Masuk, AS Prihatin dengan Aktivitas Militer Provokatif China di Dekat Taiwan
Dalam sebuah pernyataan, pengembang rudal Taiwan National Chung-Shan Institute of Science and Technology mengatakan perangkat tersebut telah dikirim ke Swiss oleh perusahaan yang semula memasoknya ke militer Taiwan.
BACA JUGA: 71 Pesawat dan 7 Kapal Militer China Terdeteksi Dekat Selat Taiwan
Kemudian dari sana dialihkan untuk diperbaiki di pusat perawatan pabrikan Asia di kota Qingdao, China.
Lembaga itu mengatakan telah melepas kartu memori sebelum mengirimnya ke Eropa dan juga telah menjalankan pemeriksaan keamanan informasi pada perangkat setelah dikembalikan dan tidak memiliki kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran informasi.
Dr Su Tzu-yun dari Institut Riset Keamanan Pertahanan Taiwan mengatakan perangkat optik itu bukan komponen rudal langsung tetapi mengatakan Taiwan harus lebih berhati-hati.
"Taiwan harus lebih ketat dan berhati-hati dalam pengelolaan kontraknya," katanya, dikutip BBC.
"Tentu saja kami tidak ingin peralatan seperti itu dikirim ke China untuk diperbaiki,” lanjutnya.
Dr Su menjelaskan alat tersebut, sebuah teodolit, digunakan untuk mengukur lokasi geografis yang tepat untuk peluncuran rudal serta sudut dan arah peluncur.
"Ini seperti ketika Anda membeli komputer, itu adalah perangkat yang Anda letakkan di atas meja agar sesuai dengan mesinnya," katanya.
Dia menyatakan bahwa pabrikan tidak mengetahui perangkat tersebut, yang dibeli oleh pemasok di Taiwan, kemudian digunakan untuk keperluan militer.
Ini bukan pertama kalinya kekhawatiran atas keamanan program rudal Taiwan diangkat. Tahun lalu, tiga orang di dua pemasok Taiwan dijatuhi hukuman antara empat dan 10 tahun penjara karena menggunakan produk dari China untuk memalsukan komponen rudal yang seharusnya dibuat oleh pabrikan AS.
Seperti diketahui, pada tahun lalu Beijing mengintensifkan aktivitas militer di sekitar pulau itu.
China melihat Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah berjanji untuk menyatukannya dengan paksa jika perlu. Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri melihat dirinya berbeda dari daratan.
Presiden Tsai Ing-wen telah mengumumkan rencana baru untuk memperkuat pertahanan Taiwan jika terjadi serangan dari Beijing, termasuk memperpanjang wajib militer dari empat bulan menjadi satu tahun.
(Susi Susanti)