Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Tragis Co-pilot Pesawat Nepal yang Tewas, Ternyata Suaminya Meninggal dalam Kecelakaan Pesawat yang Sama pada 16 Tahun Lalu

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 17 Januari 2023 |10:54 WIB
Kisah Tragis Co-pilot Pesawat Nepal yang Tewas, Ternyata Suaminya Meninggal dalam Kecelakaan Pesawat yang Sama pada 16 Tahun Lalu
Co-pilot pesawat Nepal yang jatuh dan terbakar semasa hidup (Foto: Supplied/BBC)
A
A
A

NEPAL Pesawat Yeti Airlines 691 yang mengangkut sekitar 72 penumpang  jatuh dan terbakar di Nepal pada Minggu (15/1/2023). Penerbangan naas ini menabrak ngarai di dekat kota wisata Pokhara, menewaskan semua penumpang dalam bencana udara terburuk di negara itu dalam 30 tahun.

62 orang diantaranya dipastikan sudah meninggal dunia. Salah satunya adalah co-pilot Anju Khatiwada. Ternyata, sang suaminya juga meninggal dalam kecelakaan pesawat 16 tahun sebelumnya.

Suaminya, Dipak Pokhrel, juga ikut mengemudikan penerbangan Yeti Airlines ketika dia meninggal. Dipak berada di kokpit pesawat Twin Otter yang membawa beras dan makanan ke kota barat Jumla ketika jatuh dan terbakar pada Juni 2006, menewaskan sembilan orang di dalamnya.

Kematian sang suami inilah yang mendorong Anju untuk mengejar karir di bidang penerbangan.

BACA JUGA:  Momen Penumpang India 'Live Streaming' di Detik-Detik Terakhir Sebelum Pesawat Nepal Jatuh dan Terbakar

Bingung karena kehilangannya, sendirian dengan anak mereka yang masih kecil, kesedihan Anju menjadi kekuatan motivasinya.

 BACA JUGA: Viral di Medsos Detik-Detik Pesawat Nepal Sebelum Jatuh, Terbang Rendah Sebelum Ledakan Keras

"Dia adalah wanita yang gigih memperjuangkan mimpinya dan memenuhi impian suaminya," kata anggota keluarga Santosh Sharma, dikutip BBC.

Empat tahun kemudian Anju berada di jalur untuk menjadi pilot, mengatasi banyak rintangan untuk berlatih di Amerika Serikat (AS). Setelah memenuhi syarat, dia bergabung dengan Yeti Airlines.

Tercatat sebagai seorang perintis, Anju adalah satu dari hanya enam wanita yang dipekerjakan oleh maskapai sebagai pilot. Dia memiliki jam terbang hampir 6.400 jam.

"Dia adalah kapten penuh di maskapai yang melakukan penerbangan solo," kata Sudarshan Bartaula dari Yeti Airlines.

"Dia wanita pemberani,” lanjutnya.

Anju kemudian menikah lagi dan memiliki anak kedua sambil terus membangun karirnya. Teman dan keluarga mengatakan dia menyukai pekerjaannya, dan senang berada di dekatnya.

Di lokasi jatuhnya pesawat di Pokhara, bagian-bagian pesawat yang dipiloti Anju berserakan di tepi Sungai Seti, berserakan seperti pecahan mainan yang rusak. Sebagian kecil pesawat bersandar di ngarai, jendela utuh dan warna hijau dan kuning Yeti Airlines masih terlihat.

Tragedi ini telah menghidupkan kembali pembicaraan tentang keselamatan penerbangan di negara Himalaya itu, yang telah menyaksikan ratusan orang tewas dalam kecelakaan udara dalam beberapa dekade terakhir.

Selama bertahun-tahun, sejumlah faktor disalahkan atas catatan keselamatan penerbangan Nepal yang buruk. Medan pegunungan dan cuaca yang sering tidak dapat diprediksi bisa jadi sulit untuk dinavigasi, dan sering disebut sebagai alasan. Tetapi yang lain merujuk pada pesawat yang sudah ketinggalan zaman, peraturan yang longgar dan pengawasan yang buruk sebagai faktor yang sama pentingnya.

Masih belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan yang terjadi pada Minggu (15/1/2023) itu. Di luar rumah sakit di Pokhara, keluarga dari korban yang meninggal terlihat menunggu jenazah kerabat mereka dibebaskan setelah proses autopsi selesai.

Di udara bulan Januari yang sangat dingin, Bhimsen Ban berkata dia berharap bisa segera membawa temannya Nira kembali ke desanya agar upacara terakhirnya dapat dilakukan.

Nira Chantyal, 21, adalah seorang penyanyi yang sering terbang bersama Yeti Airlines. Perjalanan udara berbiaya rendah telah menjadi cara yang terjangkau dan populer bagi kelas menengah negara itu untuk melintasi negara pegunungan tersebut.

Nira, yang telah pindah ke Kathmandu, sedang berjuang untuk tampil di sebuah festival musik di Pokhara.

"Dia adalah artis yang sangat berbakat, dan biasa menyanyikan lagu-lagu rakyat. Dia sering bernyanyi secara spontan," kata Bhimsen, matanya merah karena menangis.

"Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan kehilangan itu,” tambahnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement