JAKARTA- Pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Taliban akan meneken kontrak penambangan minyak dengan perusahaan asal China.
Kontrak tersebut akan ditandatangani dengan Xinjiang Central Asia Petroleum and Gas Co (CAPEIC), kata para pejabat dalam konferensi pers di Kabul.
Dilansir Reuters, kesepakatan itu juga semakin menonjolkan keterlibatan China di Afghanistan usai Taliban menguasai negara tersebut.
(Baca juga: Sejak AS Mundur dari Afghanistan, China Semakin Akrab dan Hangat dengan Taliban)
“Kontrak minyak Amu Darya merupakan proyek penting antara China dan Afghanistan,” ujar Duta Besar China Wang Yu dalam konferensi pers.
Sementara itu,meskipun belum sepenuhnya mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di Afghanistan, Beijing mengakui bahwa kelompok tersebutlah yang mengendalikan negara dengan sumber daya alam sangat besar, sehingga hal ini tentunya menjadi penting bagi keamanan dan strategi ekonomi China.
Kesepakatan eksplorasi minyak tersebut, adalah investasi skala besar pertama yang dilakukan di Afghanistan, sejak Taliban mengambil alih negara yang dilanda perang itu pada Agustus 2021, menyusul penarikan pasukan Amerika Serikat, setelah 20 tahun berada di wilayah tersebut.
Keberhasilan China sebagai satu-satunya negara yang saat ini menguasai kerjasama eksplorasi minyak di Afganistan, tentunya memberikan angin segar bagi Beijing ditengah krisis dan keamanan energi negaranya. Apalagi sebagai negara terpadat di dunia dan raksasa industri, China juga merupakan konsumen energi terbesar di dunia.
Menanggapi hal ini, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) menilai, hal itu menjadi alasan diplomat China yang tidak ikut melarikan diri seperti perwakilan negara-negara dunia lainnya, saat kelompok Taliban menguasai Afganistan.