Presiden AS Joe Biden berada di bawah tekanan untuk menembak jatuh balon itu sejak pejabat pertahanan pertama kali mengumumkan bahwa mereka melacaknya pada Kamis (2/2/2023).
Setelah balon ditembak jatuh, Biden memuji aksi tersebut.
"Mereka berhasil menembak jatuh, saya ingin memuji penerbang kami yang melakukannya,” ujarnya.
Biden pertama kali menyetujui rencana untuk menembak jatuh balon pada Rabu (1/2/2023), tetapi Pentagon mengatakan telah memutuskan untuk menunggu sampai objek tersebut berada di atas air agar tidak menempatkan orang di darat dalam risiko yang tidak semestinya.
Dasar untuk operasi itu diletakkan ketika Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) menghentikan sementara semua penerbangan sipil di tiga bandara di sekitar pantai Carolina Selatan pada Sabtu (4/2/2023) sore karena "upaya keamanan nasional".
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan beberapa jam kemudian, kementerian luar negeri China mengeluarkan pernyataan.
"Pihak China telah berulang kali memberi tahu pihak AS setelah verifikasi bahwa pesawat itu untuk penggunaan sipil dan memasuki AS karena force majeure - itu benar-benar kecelakaan,” terangnya.
Seperti diketahui, Penemuan balon memicu krisis diplomatik, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken segera membatalkan perjalanan akhir pekan ini ke China atas "tindakan tidak bertanggung jawab".
Pihak berwenang China membantah itu adalah pesawat mata-mata, dan sebaliknya mengatakan itu adalah kapal cuaca yang tersesat.
Menanggapi insiden tersebut, kementerian luar negeri Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan.