Menurut kantor berita Turki Daily Sabah yang mengutip data Institut Statistik Turki, orang Rusia juga menjadi pembeli real estate asing terbesar di Turki tahun lalu.
“Sejauh ini, sangat jelas bagi mereka (negara-negara Timur Tengah) setahun setelah isolasi Rusia bahwa memihak tidak akan menjadi kepentingan mereka dan mereka masih sangat menolak untuk melakukannya,” kata Cinzia Bianco, seorang peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.
“Sebagian besar negara Teluk tetap bersikap ambigu dan menghargai ambiguitas strategis itu,” lanjutnya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Forum Internasional Teluk.
“Mereka telah melindungi sejak hari pertama perang," tambahnya.
Tetapi akhir-akhir ini AS telah mengindikasikan bahwa kesabarannya dengan sekutunya menipis, dengan mengatakan bahwa hari-hari melakukan bisnis dengan Rusia dan Barat telah berakhir.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah meningkatkan tekanan pada mitra Timur Tengahnya untuk memilih antara Rusia dan Barat, khususnya UEA dan Turki.
Delegasi Departemen Keuangan AS mengunjungi kedua negara akhir bulan lalu untuk memperingatkan mereka agar tidak membantu Rusia menghindari sanksi, mengancam akan memblokir akses mereka ke pasar G7 yang gagal mereka patuhi.
Setelah kunjungan tersebut, UEA mengatakan telah membahas langkah-langkah untuk memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme dengan mitra AS-nya, dan bahwa kedua pemerintah telah menyaksikan kemajuan yang signifikan.