Selain itu, Muradi mengatakan TGB punya power sebagai penguasa birokrasi karena pengalamannya yang pernah menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua periode yaitu tahun 2008-2013 dan 2013-2018.
“Kalau untuk TGB ini, kalau kita mau mengacu ke soal kombinasi ya, kombinasi Jawa non Jawa, kombinasi ulama birokrat, kombinasi ulama militer, kira-kira gitu, maka sebenarnya kekuatan dari TGB jauh lebih punya power karena dia pernah dua periode menjadi Gubernurnya. Dia punya power untuk kemudian (menjadi) penguasa birokrasi,” kata Guru besar Unpad itu.
Meski begitu, Muradi meminta jika TGB menjadi Cawapres juga harus bisa membawa partainya yakni Perindo ketika dipinang untuk menjadi Cawapres. “Posisi dari TGB ini harus bisa menstimulasi proses politik, jadi dia harus bisa bawa partainya juga, Perindo. Dia dicalonkan, kemudian meninggalkan partainya.”
“Kalaupun kemudian misalnya katakanlah pak TGB bisa kemudian dianggap memiliki kapasitas dan ada yang meminang, maka daya tawarnya bukan lagi daya tahan personal seperti Anies (Baswedan) dengan partai-partai lain, daya tawarnya dia harus mengedepankan Ketua Umumnya, siapa? Ya Ketua Umum Perindonya yang tetap dilibatkan sebagai entitas partai bukan personal,” tandasnya.
(Khafid Mardiyansyah)