Aleppo Codex yang disusun pada tahun 930 dianggap sebagai teks Masoretik yang paling otoritatif. Namun, kerusakan akibat sebuah kebakaran di Kota Aleppo, Suriah, pada 1947 membuat hanya 295 dari 487 halaman asli yang mampu bertahan hingga hari ini.
Menurut Sotheby's, Codex Sassoon, yang berdasarkan metode penanggalan karbon dibuat tahun 900, hanya kehilangan 12 halaman.
Kitab ini adalah contoh paling awal dari satu manuskrip yang berisi semua buku Ibrani dengan tanda baca, vokal, dan aksennya.
“Itu menunjukkan ke kita, untuk pertama kalinya sebuah buku yang hampir lengkap dari Kitab Ibrani muncul dengan huruf vokal, kantilasi [tanda nyanyian], dan catatan di bagian bawah yang memberitahu bagaimana teks yang benar harus ditulis,” kata Sharon Mintz, spesialis artefak Yahudi senior di rumah lelang, kepada kantor berita AFP.
Merujuk pada anotasi dan inskripsi selama berabad-abad, manuskrip itu dijual oleh seorang pria bernama Khalaf ben Abraham kepada Ishak ben Yehezkiel al-Attar, yang kemudian mewariskan kepemilikan kepada kedua putranya, Yehezkiel dan Maimon.
Pada abad ke-13, kitab itu kemudian didedikasikan ke sebuah sinagoga di Makisin, timur laut Suriah.