Setelah kota itu dihancurkan baik oleh bangsa Mongol pada abad ke-13 atau oleh Timurid pada awal abad ke-15, manuskrip tersebut dipercayakan untuk diamankan ke Salama ibn Abi al-Fakhr.
Setelah itu, kitab itu menghilang dalam sejarah selama 500 tahun, hingga muncul kembali pada 1929 setelah diakusisi oleh David Solomon Sassoon, yang mengumpulkan koleksi manuskrip Ibrani terbesar dan terpenting di dunia di rumahnya di London.
Codex Sassoon hanya pernah dipamerkan sekali sebelumnya dalam sejarah modern - di British Library pada tahun 1982.
Kurator Museum orang Yahudi ANU Tel Aviv, Orit Shaham Gover, mengatakan dia mengharapkan sekitar 10.000 pengunjung akan menghadiri pameran "kitab pertama yang selamat dalam sejarah" selama seminggu yang "langka dan mengharukan".
"Kitab suci adalah dasar dari budaya Yahudi," terangnya.
"Sebagai orang Israel dan Yahudi, saya pikir sangat penting bagi orang Israel untuk melihat kitab yang sangat penting ini,” lanjutnya.
(Susi Susanti)