“Ini bukan bagian tertentu dari penduduk Krimea, tapi praktis seluruh penduduk Krimea yang ingin menjadi bagian dari Federasi Rusia,” terangnya.
Sebagian besar warga Krimea memilih untuk bergabung dengan Rusia dalam referendum yang diadakan pada Maret 2014, tak lama setelah kudeta yang didukung Barat menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Kiev.
Banyak penduduk Krimea menolak untuk mengakui otoritas baru di Kiev dan menyatakan keprihatinan atas potensi 'Ukrainisasi' yang dipaksakan di semenanjung, termasuk diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia.
Ukraina, AS, dan UE mencap pemungutan suara itu ilegal dan menggambarkannya sebagai "pencaplokan".
(Susi Susanti)