RUSIA - Pada Selasa (8/8/2023), pemerintah Inggris mengumumkan apa yang digambarkannya sebagai "tindakan Inggris terbesar" yang menargetkan akses Rusia ke pasokan militer asing.
Sanksi tersebut termasuk bisnis dan individu di Turki, Dubai, Slovakia, dan Swiss.
Menteri Luar Negeri, James Cleverly, mengatakan langkah-langkah itu akan "semakin mengurangi persenjataan Rusia dan menutup jaringan rantai pasokan yang menopang industri pertahanan Putin yang sekarang sedang kesulitan."
Tetapi setelah gelombang sanksi berturut-turut oleh Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa (UE), Rusia masih memiliki bagian yang diperlukan untuk menjaga agar mesin perangnya tetap berjalan.
Dikutip BBC, alasan untuk hal ini rumit tetapi bermuara pada kemampuan Moskow yang terus-menerus untuk menggunakan teknologi Barat yang kecil namun vital, terutama microchip.
Sebagian besar persenjataan Kremlin, termasuk rudal balistik dan jelajah, banyak menggunakan komponen elektronik yang diproduksi di AS, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang, Israel, dan China.
Pada Juni lalu, Institut KSE Kyiv, bekerja sama dengan Kelompok Kerja Internasional Yermak-McFaul untuk Sanksi Rusia, menganalisis 1.057 komponen asing terpisah yang ditemukan dalam 58 senjata Rusia yang ditangkap.